Rabu, 15 Desember 2010

Sepak Bola dan kami Para Perempuan

Sepak bola,
Apa yang ada di benak anda ketika mendengar kata ini…?

Olahraga yang identik dengan kaum laki-laki, gesekan fisik, tauran, menang, kalah, seri, dan kegembira’an…

Semua orang pastilah memiliki pandangan sendiri tentang Sepak Bola, begitu pun dengan saya dan para perempuan sepak bola lain nya…

Sepak bola bukan lah hal yang istimewa lagi…

Semua golongan,usia,laki-laki atau pun perempuan bisa menikmati olahraga ini…

Tidak ada lagi kata “sepak bola identik dengan laki-laki”, karena saat ini sudah banyak para pertiwi yang berperan langsung di belantara dunia persepak bolaan…

Di negara saya Indonesia mungkin baru terlihat jelas tahun-tahun belakangan ini peran nyata dari para kaum hawa di Sepakbola.

Mereka memiliki peran masing-masing, ada yang sebagai pemain,anggota di PSSI,supporter,manager,dokter tim,,dan lain-lainnya.

Saya sendiri adalah salah satu supporter dari Tim Besar asal Ibu Kota, ya PERSIJA JAKARTA…

Saat ini status saya adalah sebagai salah satu supporter perempuan dari ribuan supporter perempuan lainnya,

saya memiliki sebuah mimpi indah untuk bisa terjun lebih dekat lagi dengan dunia sepak bola ini…

Saya ingin menjadi manager perempuan seperti yang dimiliki Deltras,

Saya ingin menjadi dokter tulang tim sepak bola seperti yang dimiliki Timnas Singapur,

Saya ingin menjadi seperti ibu pertiwi di era ini untuk sepak bola INDONESIA…

Sesungguhnya banyak di luar sana para perempuan-perempuan Indonesia yang memiliki impian seperti saya, saya yakin itu…!

Bahkan sudah Banyak perempuan-perempuan perkasa yang telah unjuk gigih secara langsung, seperti dirigen perempuan yang di miliki TheJakMania dan PersikMania…

Perempuan perkasa yang menjadi pemandu juta’an supporter di tribun penonton dengan yel-yel dan gerakan demi menyemangatkan Tim yang mereka Dukung…

Perempuan di sepak bola,

Bagai bumbu pemanis itu lah rasa keberadaan kami di belantara sepak bola Indonesia…

Perempuan di sepak bola,

Bagai penyedap rasa itu lah pandangan yang dapat kami timbulkan…

Perempuan di sepak bola,

Jika saya bisa mencintai sepak bola, kenapa anda tidak…?

Kami Tetap Bangga Padamu ( Bambang Pamungkas )

JakOnline-Di usianya yang menyentuh 30 tahun, Bambang Pamungkas atau yang biasa dikenal dengan sebutan BP menjadi perbincangan yang hangat dikalangan pecinta sepakbola Indonesia. Gelaran AFF 2010 menyita banyak perhatian masyarakat tentang “kapasitas” seorang Bambang Pamungkas yang mulai diragukan. Tidak bisa dipungkiri dalam 2 pertandingan Indonesia di ajang AFF 2010 yang hanya bermain sebagai pemain pengganti dimenit-menit akhir menjadi sorotan tersendiri tentang era “keemasan” seorang Bambang Pamungkas.

Kehadiran 2 muka baru di timnas Indonesia yang berasal dari proses naturalisasi dan keturunan, Christian Gonzales, dan Irfan Bachdim yang menyita perhatian publik dengan aksinya di 2 pertandingan terkesan “menenggelamkan” nama Bambang Pamungkas. Tidak jarang cemohaan, cacian, dan ketidaksukaan mengenai seorang Bambang Pamungkas terlontar dari masyarakat. Mereka semua seakan lupa akan sederet hal yang pernah dan masih dilakukan oleh Bambang Pamungkas untuk Merah Putih.

Top skor terbanyak untuk timnas Indonesia melewati rekor idolanya sendiri Kurniawan Dwi Julianto masih jadi catatan tersendiri yang membuat semua anggapan BP tidak produktif tidak terbukti. Dalam tulisan ini juga akan dipaparkan pendapat dan komentar dari beberapa orang tentang Bambang Pamungkas, Leonard Tupamahu ( eks pemain Persija ) di akun twitternya “ Shows some respect for man @bepe20 tweeps!he already win many title.don't compare him with people who just win 2 game”

Imran Nahumamury ( eks pemain Persija) dalam komennya di Facebook “ Bepe tuh 11 tahun berkiprah di sepakbola, sudah banyak hal yang dilakukan untuk Indonesia maupun Persija, dia ( Irfan Bachdim ) baru 2x game aja dipuji luar biasa, padahal menurut aku biasa aja”

Lain lagi pendapat yang dilontarkan Bung Ferry “Banyak orang yang mempertanyakan ke gw tentang Bepe. Bagi gw, Bepe tetep produk asli Indonesia yang terbaik. Langka sekali Indonesia bisa punya seorang striker yang konsisten bermain di Timnas dalam jangka waktu yang cukup lama. “Disiplin juga jadi hal yang melekat dalam diri Bepe. Mana pernah dia telat dateng kalo dipanggil Timnas?. Jumlah gol yang dicetak di musim kompetisi yang sedang berjalan juga bisa menjadi acuan. Bepe tetap produktif. Klo banyak yg mencemooh dia, itu membuktikan kalo masih banyak yg berharap tinggi pada seorang Bepe”seperti yang disadur dalam o2 news Bung Ferry.

Keberhasilan satu team bukan hanya factor 1 atau 2 pemain, tapi keberhasilan seluruh pemain yang berada dalam team. Tetap lanjutkan karier dan prestasimu Bambang Pamungkas. Biarkan regenerasi datang dengan sendirinya, karena ituproses dalam sepakbola. Tulisan ini ada bukan karena pembelaan kami terhadap seorang Bambang Pamungkas karena dia pemain Persija dan kami suporternya, tapi ini dilihat dari apa saja yang selama ini di raihnya baik untuk timnas Indonesia maupun Persija.( JO-Elke Jak Kopel Cilegon)

Selasa, 16 November 2010

Jejaring Sosial, Simbol, dan Realita Identitas

"Ketika Jakarta macet atau banjir, kalian akan menghujatnya. Tapi apa Jakarta pernah minta imbalan atas kesempatan dan kehidupan yang dia beri kepadamu???" Hmmm itu isi status fb Saye beberapa waktu lalu. Status itu, mewakili pembelaan Saye, waktu Ibukota Jakarta dipastikan lumpuh secara lalu lintas. Dari status tersebut ada jawaban yang sangat logis ; "Pernah, jkt memnta mrka teriak u persija/pergi,tapi mrka juga mengabaikannya" kata2 ajaib dari seorang saudara sePersija.Ok, cukup ye..."status2"nye (maklum fb). Sekarang kite bahas dari penafsiran saye terhadap jawaban status tersebut.. Yah, status lagi.. he8x. Kite bahas yang ntu aje. Klo soal banjir, ntar malah lebih buyar pembahasannye :)
PERSIJA dan JAKARTA..dua kata yang membuat kita terharu bangga, dan membuat kita rela membelanya ketika ada yang mencibir. Contoh terdekat adalah waktu hari Rabu (03112010) dimana saat itu PERSIJA maen di GBK. Sore itu, puluhan ribu Pecinta PERSIJA dateng ke GBK. Diwaktu yang bersamaan juga, jutaan ummat JAKARTA selesai beraktifitas. Nah, kebayang dah kisruhnye.. Bukan rahasia lagi, klo tiap PERSIJA maen di kandang ada aje yang ngeluh2 soal macet.

Padahal, tanpa PERSIJA maenpun JAKARTA udah macet di jam2 segitu.“Perhatian” dari kalangan luar supporter makin vocal. Di salah satu jejaring digital, sempet ada perdebatan sengit.. Saye inget lagi soal notes yang dibikin Anto Jakampus UI, yang dulu pernah bahas soal2 beginian. Trus Saye bandingin lagi sama masukan2 dari Gerry. Yang dapet buahnye begini :

Wajar, klo pada akhirnya kita membela diri. Saat para hedonis2 muda telat dateng ke “date’nye gara2 macet. Emang JAKARTA dibangun buat mereka doank?! Klo diibaratin nama jalan ni, mereka ibarat Jalan Sudirman – Thamrin. Dan kita ibarat gang2 kecil seperti Jalan Jaksa dan Bendungan Hilir. Beda kasta beda kelas. Tapi apa mereka berhak menjudge kita seenaknya?! Ga lah!! Biar kate beda jalan, tetep aje adanye di JAKARTA.

Di Jakarta ada Patung Selamat Datang. Tapi blum pernah dibangun Patung Selamat Tinggal. Penafsiran Saye si, Jakarta selalu membuka pintunya untuk semua orang yang berminat menghampirinya. Tanpa pernah bermaksud mengusirnya.

Ayo2, coba dah kite pikirin rame2 kita semua punya kewajiban menjaga JAKARTA biar lebih keren lagi. Setelah kita sama2 pulang dari GBK, jaga juga kenyamanan para pengguna jalan. Terlebih lagi buat para pekerja wanita yang terkesan takut klo liat rombongan oren – oren. Mungkin omongan2 ini sedikit mengulang dari banyaknya ilmu yang kita denger dari Bung Ferry.

Nah, intinye ni..yu’ bangun sama2 image positif soal nonton PERSIJA. Biar makin banyak lagi orang yang mau dateng ke GBK, atau bahkan tour tandang. Desain ulang lagi image2 yang udah terlanjur nempel. Klo kite adem2 aje, ntu media2 sotoy juga ga bakal aneh2 lagi ngeberitain soal The Jak dan PERSIJA’nya. Buktiin klo kite ga beda2in orang. Di teras stadion semua sama. Seperti Istiqlal yang bertetangga dengan Katedral.

Jika kita menjadi burung, tentu kicauan terindah yang akan kita dendangkan. Walau hanya 140 karakter.Terima kasih kawan, telah memberi prespektif berbeda dari sempitnya pandangan Saye selama ini..Saudara Se-PERSIJA

"Mereka boleh hedon, mereka boleh highclass, mereka boleh suka sama klub luar, tapi kita harus rangkul karena mereka Jakartan dan tinggal di jakarta, sama kyk bahasan yg td gang jaksa ma gang benhill.." Gerry D'lounge

Kamis, 11 November 2010

Darah dan Air Mata buat Sepak Bola Nasional

Melihat perkembangan sepak bola nasional Indonesia sekarang ini, intinya seperti melihat panggung teater dengan nuansa teatrikal budaya kedaerahan. Aktor beserta kepiawaiannya menjalankan peranan masing-masing dengan kebanggaan retorika demi kecintaan terhadap sepak bola.
Genderang perang selalu ditabuh. Kondisi ini tak ubahnya politisi yang selalu mempunyai kepentingan masing-masing terhadap kelompok, golongan, dan kepentingan pribadi sehingga asas keterbukaan, transparansi, dan profesionalisme dikorbankan.

Pengembangan pembinaan usia muda pun terabaikan. Dengan itu semua, landasan fondasi sepak bola modern belum terselenggarakan dengan baik di Indonesia.

Sepak bola Indonesia masih dalam pemikiran dan paradigma kepentingan jangka pendek. Budaya menang atau kalah sangat dipersoalkan. Etika untuk mencapai menang diabaikan sehingga kompetisi berjalan sesuai skenario yang telah ditentukan.

Semua itu dilakukan demi keuntungan materi dan publisitas tim dan pengurus. Alasan komersialisasi dan peranan sponsor serta aktifnya agen-agen pemain asing di Indonesia membuat bakat-bakat muda tidak terasah di kompetisi.

Sementara itu, banyak pemain asing main bersamaan di klub dalam posisi strategis sebagai penyerang, pemain tengah, dan bek tengah. Akibatnya, tim nasional kesulitan melakukan regenerasi pemain di posisi tersebut. Pemain usia muda pun tidak diberikan kesempatan bermain penuh di dalam kompetisi Liga Nasional. Mereka akhirnya tidak mendapatkan pengalaman bertanding secara optimal.

Satu dinamika positif yang tecermin di masyarakat kita adalah kecintaan mereka terhadap timnas Indonesia. Mereka sangat semangat dan mendukung penuh dengan segala harapan menjadikan timnas bersaing di pentas internasional.

Kompleksitas persoalan utama sepak bola nasional kita terletak pada keseriusan pengurus untuk menciptakan kompetisi pembinaan usia muda yang berkualitas. Tidak ketinggalan, hanya ada sedikit sumber daya profesional yang edukatif dan bisa menyelenggarakan kompetisi pembinaan usia muda secara transparan dan bebas kepentingan. Seharusnya, hal itu didukung penuh oleh pihak federasi demi pengembangan usia muda.

Tempo dahulu, pendidikan dan pelatihan (diklat) di kantong-kantong pemain di daerah menghasilkan atlet yang berkualitas. Keberhasilan tersebut didukung anggaran pendidikan formal oleh pemerintah dan kompetisi yang terselenggarakan dengan baik. Kompetisi yang didukung oleh infrastruktur yang baik dan pendidikan formal yang baik bisa berjalan paralel sehingga menghasilkan atlet-atlet unggulan di bidangnya dan cerdas secara pemikiran. Dengan demikian pula, Indonesia bisa bersaing di kompetisi internasional.

Diklat sekarang tidak mempunyai anggaran yang memadai sehingga sulit bagi siswa dan atlet untuk berkembang. Diklat dengan anggaran dan infrastruktur memadai yang seharusnya bisa dijadikan feeder buat timnas usia muda sudah tidak bisa lagi menjadi tolok ukur di level nasional. Kini, tidak ada rencana yang baik dalam pembinaan usia muda di dalam kompetisi yang serius dari PSSI. Kondisi inilah yang menciptakan kegagalan regenerasi pemain, baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional.

Ditambah dengan kondisi bahwa anggaran pemerintah terbatas buat pendidikan dan olahraga, infrastruktur sepak bola di daerah-daerah pun terabaikan. Kalaupun ada, hal itu tidak dikelola dengan baik dan profesional. Prestasi sepak bola nasional pun berada di titik terendah sekarang ini.

Sekarang ini berita-berita sepak bola Tanah Air sangat diramaikan oleh konsep membangun kompetisi. Di situ, klub mendapatkan keuntungan dari pengelolaan kompetisi dan kemandirian dari anggaran pemerintah daerah atau APBD. Esensi pemikiran ini akan menjadi landasan yang bagus demi kemandirian operasional klub.
Dalam konsep pemikiran ini, harusnya pihak swasta dan masyarakat juga diikutsertakan dalam pembangunan fondasi sepak bola modern. Memang, kualitas kompetisi bisa saja meningkat dan mandiri tanpa adanya pembenahan infrastruktur yang memadai dan dalam kondisi bahwa dukungan komersialisasi swasta sangat rendah. Namun, pengembangan yang signifikan membutuhkan biaya untuk membangun infrastruktur, seperti stadion dan akademi sepak bola di klub. Hal tersebut dilakukan demi pengembangan usia muda dan pusat pelatihan klub yang modern dan sesuai standar internasional.

Agar mendapatkan dana pembangunan infrastruktur tersebut, akhirnya nanti dibutuhkan lagi dana dari pemerintah. Namun, peranan tersebut akhirnya akan menyulitkan sifat kompetisi itu sendiri mengingat sifat dana pemerintah sarat dengan segala kepentingan sehingga kemandirian klub dan kompetisi akan terganggu, baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang.

Demi kelangsungan fondasi pembangunan sepak bola modern di Indonesia, klub membutuhkan kemandirian dana yang cukup, pembangunan akademi di klub untuk kelangsungan pembinaan usia muda di klub, serta dukungan sektor ekonomi dan masyarakat di sekitar klub itu berasal. Dengan begitu, klub tersebut tumbuh dan menjadi besar dengan mendapatkan pemain yang berkualitas melalui pembinaan atau pembelian pemain. Standar pelatih yang digunakan pun akan naik mengingat pengembangan signifikan membutuhkan pelatih andal dan berpenghasilan cukup dalam mengelola sumber daya di klub yang berkualitas.

Pembangunan akademi klub pun bisa terealisasi sehingga bisa menghasilkan talenta-talenta pemain muda yang berkesinambungan, baik bagi klub, maupun klub tersebut ketika mengikuti kompetisi. Pemain hasil pembinaan di akademi klub tersebut pun bisa dijual ke klub lain untuk menghasilkan pendapatan tambahan bagi klub asalnya.

Demi kemandirian federasi sebagai regulator serta pembina pengelola kompetisi sepak bola dan tim nasional, pengelolaan federasi juga harus dipisahkan antara fungsi regulator atau pemangku kebijakan dan fungsi komersialisasi usaha. Dalam pengelolaan komersialisasi usaha diperlukan suatu badan yang independen untuk melakukan kegiatan pengumpulan sponsor dan pemasaran. Badan tersebut bertanggung jawab terhadap penerimaan sponsor dan penjualan sehingga bisa menjadi pemberi pemasukan bagi federasi untuk membina dan menjalankan fungsi regulator tanpa memerlukan keterlibatan pemerintah.

Untuk menjadikannya independen dan transparan, sedianya badan tersebut masuk pasar modal dan menjual kepemilikan sebagian besar saham ke pasar modal luar atau dalam negeri. Dana tersebut bisa dijadikan modal untuk menjalankan federasi ataupun membantu penyediaan dana buat pinjaman klub yang diperlukan sebagai modal dasar klub bilamana diperlukan. Prototipe bisnis ini bisa dijadikan contoh.

(Iman Arif, Deputi Bidang Teknik Badan Tim Nasional)

Senin, 08 November 2010

Sepakbola Indonesia Sedang Terpuruk

- Sepakbola Indonesia Sedang Terpuruk -

Siapa yang berani menyangkal kalimat di atas..?? Siapapun mereka yang menyangkal dengan mencoba memberikan berbagai macam alasan, menurut pendapat saya mereka hanyalah orang-orang yang tengah mencoba menghibur diri, dengan mencari-cari pembenaran atas keterpurukan tersebut…

Secara pribadi, saya tidak pernah menyangkal akan hal tersebut. Selama ini kita hanya mampu menjadi negara yang “Hampir“, iya hanya selalu menjadi yang hampir. Hampir mengalahkan Uni Soviet, hampir mengalahkan Manchester United, hampir lolos Olimpiade, hampir lolos Piala Dunia, hampir lolos putaran kedua Piala Asia, hampir juara Piala Tiger (Suzuki) dan masih banyak lagi hampir-hampir yang lain…

Apa yang dapat dibanggakan dari kata “Hampir” itu sendiri..?? Sejujurnya tidak ada bukan..?? Saya tidak ingin mengomentari hampir-hampir di masa lalu, karena saya memang belum terlahir dan hanya mendengar dari cerita kebanyakan orang, sehingga saya merasa kurang berhak berkomemntar mengenai hal tersebut…

Mungkin akan lebih pas jika saya mengambil contoh peristiwa hampir di masa-masa sekarang. Peristiwa “Hampir” yang dimana saya sendiri ikut terlibat di dalamnya, yaitu hampir lolos ke putaran kedua Piala Asia 2004 dan 2007…

Pada Piala Asia 2004 (China) dan 2007 (Jakarta), Indonesia hampir saja lolos ke putaran kedua. Kita kalah di partai terakhir, yang seharusnya hanya membutuhkan hasil seri saat melawan Bahrain (2004) dan Korea Selatan (2007). Banyak pihak menilai jika Indonesia tampil luar biasa, mungkin itu betul, akan tetapi apa hasil akhirnya, sama saja gagal bukan. Jadi tidak ada yang dapat dibanggakan dari kata hampir itu sendiri,“Gagal adalah gagal.. Titik..!!!”…

Bangsa kita selalu terbelenggu dengan cara berpikir yang instan, yaitu ingin mencapai sebuah kesuksesan dengan cara instan. Selama ini kita selalu berusaha mengirim sebuah tim belajar/berlatih ke luar negeri selama 2 sampai 4 tahun, agar kelak tim tersebut mampu menjadi sebuah tim nasional yang kuat…

Hal tersebut memang tidak salah, akan tetapi alangkah lebih bijaksananya jika kita menggunakan uang jutaan dollar tersebut, untuk membangun sebuah pemusatan latihan bertaraf international di dalam negeri. Sehingga tempat tersebut dapat digunakan menjadi kawah candradimuka, guna mendidik talenta-talenta muda kita secara bertahap setiap tahunnya…

Sehingga setidaknya kita sudah mempunyai sebuah akademi sepakbola dengan sarana dan prasarana yang memadai, hal tersebut tentu dapat digunakan sampai kapanpun. Jika kita lihat saat ini, berapa banyak akademi di Indonesia yang memiliki standart fasilitas yang baik, sangat kurang menurut pandangan saya…

Saya lebih setuju jika kita membangun sebuah akademi yang lengkap dan modern serta mendatangkan seorang instruktur teknik berkualitas dari luar negeri. Instruktur tersebut bertugas membuat program latihan yang akan dilaksanakan oleh staf-staf pelatih lokal yang memimpin pada setiap kelompok umurnya. Sehingga pembinaan berjenjang, berkesinambungan, terprogram serta selaras itu akan terwujud (karena semua program berasal dari satu direktur teknik)…

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para pemain nasional di atas angkatan saya, para legenda sepakbola Indonesia dan para pahlawan sepakbola tanah air. Sejujurnya saya sudah muak dan mulai bosan dengan cerita yang bertajuk “Zaman Om Dulu”. Cerita di mana selalu bertopik perbandingan antara zaman dahulu dengan zaman sekarang…

Setiap zaman akan selalu berbeda. Berbeda pandangan, berbeda tanggapan, berbeda tantangan, berbeda apresiasi serta berbeda prestasi. Secara pribadi saya tidak pernah menafikan kehebatan individu para legenda persepakbolaan Indonesia tersebut. Akan tetapi secara prestasi tim nasional, sejujurnya tidak jauh berbeda dengan zaman sekarang, yaitu sama-sama Nol Besar…

“Jika Tim Nasional Indonesia pada zaman dahulu sangat hebat, mengapa kita baru bisa lolos Piala Asia pada tahun 1996″ padahal ajang ini sendiri sudah digelar sejak tahun 1956 di Hongkong. Yang membedakan zaman sekarang dengan zaman dahulu adalah alat pembanding. Yang saya maksud alat pembanding di sini berkaitan erat dengan teknologi pada zaman dahulu dan zaman sekarang…

Zaman dahulu teknologi pertelevisian di negara kita masih sangat terbatas, semua stadion di pelosok negeri selalu dipadati oleh para penikmat bola yang fanatik, karena hanya itu satu-satunya hiburan mereka. Stasiun TV di negara kita saat itu, tidak menyiarkan liga Spanyol, Itali, Inggris, Jerman dll. Oleh karena itu mereka tidak mempunyai pembanding dalam menilai kehebatan sebuah individu maupun sebuah tim…

Sedang saat ini pembandingnya sangat jelas, hampir setiap akhir pekan masyarakat kita disuguhi pertandingan liga-liga di Eropa, belum lagi Liga Champions Eropa, Piala Eropa, Piala Dunia dan masih banyak lagi. Hal tersebut membuat fanatisme masyarakat sedikit demi sedikit mulai terkikis, banyak penikmat bola yang lebih memilih menyaksikan petandingan liga-liga Eropa di rumah sambil ngeteh atau ngopi, daripada menyaksikan pertandingan Liga Indonesia secara langsung ke stadion…

Membandingkan liga-liga di Eropa dengan liga Indonesia jelas bagai bumi dan langit, baik dalam segala hal. Pemain-pemain lokal zaman sekarang jelas akan terlihat sangat kecil jika dibandingkan dengan individu-individu level dunia seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Didier Drogba, David Beckham dll…

Sedangkan para legenda sepakbola kita zaman dahulu dikenal dan disanjung-sanjung bagai dewa pada masanya. Disamping karena memang mereka adalah individu-individu yang hebat, disisi lain masyarakat tidak punya bahan pembanding, yang mereka lihat dan mereka baca di media ya hanya pemain-pemain itu saja…

Zaman sekarang banyak masyarakat kita yang lebih mengenal para pemain dan kesebelasan di Eropa dari pada pemain dan klub lokal kita sendiri. Siapa yang tidak menyukai permainan indah dan talenta luar biasa para pemain dunia tersebut. Banyak diantaranya yang menyukainya karena skill permainannya, negara asal, klub asal atau malah ketampanannya. Bahkan fans club dari klub-klub ternama di Eropa tersebut banyak bertebaran di Indonesia…

Inti dari apa yang ingin saya sampaikan di sini sebenarnya adalah. Sudah saatnya mari kita kesampingkan ego, arogansi, gengsi serta ke sok hebatan kita masing-masing. Setiap generasi mempunyai sisi terang dan sisi gelapnya sendiri dan setiap zaman pasti juga mempunyai kebanggan masing-masing…

Yang kita buntuhkan sekarang ini bukanlah siapa yang lebih jago, siapa yang lebih berprestasi atau siapa yang lebih hebat. Mari kita tanggalkan itu semua, mari kita menelanjangi diri kita dan mengakui bahwa sepakbola Indonesia ini tidak mempunyai prestasi yang dapat dibanggakan, “Tidak dahulu dan tidak juga zaman sekarang”…

Sepakbola kita ini sudah sedemikian terpuruknya, sehingga dibutuhkan pembenahan sedini mungkin pada setiap aspeknya. Para legenda tersebut jelas dibutuhkan saran dan masukannya untuk generasi yang lebih muda, mengingat beliau-beliau sudah banyak mengenyam asam garam dunia persepakbolaan tanah air…

Sudah bukan saatnya lagi untuk mencari kambing hitam, kambing coklat, kambing putih maupun kambing belang lagi. Sekarang saatnya untuk kita duduk bersama dan bertukar pikiran untuk mencari solusi dari keterpurukan persepakbolaan tanah air ini yang sudah sedemikian akut ini…

Jika kita selalu menengok ke masa lalu, maka sejatinya prestasi terbesar negara kita adalah saat berpartisipasi di Piala Dunia ketiga di Prancis pada tahun 1938, saat masih bernama Hindia belanda. Tetapi apa bangganya dengan fakta tersebut diatas..?? Tidak ada…!!!

Maka sekarang tidak ada lagi waktu untuk bernostalgia dan bercerita dengan topik “Zaman Om Dulu”. Sekarang sudah tiba saatnya untuk melakukan gerakan secara nyata, untuk merubah wajah persepakbolaan negara kita tercinta ini menjadi lebih baik dan lebih bermartabat tentunya….

Rasanya, kita sudah cukup memberi toleransi terhadap berbagai kegagalan dan mengatakan “Semoga di lain waktu kita berhasil”. Jangan ada lagi cerita hampir ini dan hampir itu di masa-masa yang akan datang. Mari kita bekerja keras dan saling bahu membahu, agar suatu saat nanti generasi di bawah kita mampu berkata “Iya kami hadir di Piala Asia, iya kami lolos Olimpiade atau bahkan iya kami INDONESIA berpartisipasi di Piala Dunia”..

“Bravo Sepakbola Indonesia”

Selesai….

Ditulis Oleh: Bepe

Jumat, 05 November 2010

Supporter Bola Indonesia, Mana Sumpahmu ?

Di ujung bulan kesepuluh ini setiap tahun ada sebuah hari yang sangat bersejarah bagi bangsa indonesia, hari ketika sekumpulan pemuda mendeklarasikan sebuah sumpah yang mengakui jika mereka, berbangsa, berbahasa dan bertanah air Indonesia.

Sumpah Pemuda adalah nama hari istimewa tersebut, yang menjadi bukti otentik bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Dari situ seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia.

Membuka kembali lembar sejarah tentang suporter indonesia, ada sebuah momen yang hampir mirip. Di sebuah kantor sebuah media cetak, berkumpul beberapa kelompok suporter yang kemudian berhasil mencetuskan ASSI (Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia) adalah Sigit Nugroho (BOLA) Mayor Haristanto, Panji Kartiko, Ryan Ardhianto (Pasoepati), Rudi Permadi (Aremania), Haryanto (Bonekmania), Gugun Gondrong dan Ferry Indrasyarief (Jakmania), Herru Joko, Agus Rahmat, Eri Herdian, Leo Nandang Rukaran (Viking), Robert Manurung (Kampakmania), dan beberapa perwakilan dari kelompok suporter lain, seperti Macz Man dan PKT bontang.

Selain tercetus ASSI, kumpul-kumpul itu menetapkan tanggal 12 Juli sebagai Hari Suporter Nasional. Namun sayang, ASSI haya seumur jagung dan tidak lagi terdengar kabarnya dalam setahun ke depannya.

Tahun 2000 adalah tahun suporter mendewakan sebuah hal yaitu “kreativitas” tak lain dan tak bukan adalah Aremania yang mempelopori gerakan suporter kreatif tersebut. Setiap wilayah yang mempunyai tim sepakbola berlomba-lomba, masyarakatnya berlomba-lomba menjadi suporter yang kreatif, mendukung timnya bukan hanya lewat tepuk tangan tapi juga lewat koreografi dan nyanyian. Sebutlah Jakmania, Viking, Pasoepati, Asykar The King, Macz Man, adalah beberapa contoh suporter kreatif pada masa itu.

Kemudian, sebuah produsen rokok yang menjadi sponsor Coppa Indonesia waktu itu menggelar dua kali Jambore Suporter di tahun 2006 di Cisarua dan 2007 (Sabur, Bali). Di ajang ini bertemu sekitar 50-an kelompok suporter se-Indonesia. Bukan hanya itu, di sana berkumpul pula, wasit, Badan Liga Indonesia dan juga perwakilan PSSI. Mereka berkumpul untuk berdiskusi tentang sepakbola Indonesia dan bagaimana memajukannya. Sebuah kesepakatan muncul di jambore 2007, yaitu pembentukan Neo- ASSI. Namun sampai sekarang ide dari Tommy Hermarto tersebut batal terealisasi.

Momentum Sumpah Pemuda seharusnya bisa dimaknai positif oleh teman-teman suporter. Mengesampingkan ego pribadi dan fanatisme sempit kita untuk bergandengan tangan demi sepakbola Indonesia. Atau, mengutip Bambang Haryanto — seorang penggagas Hari Suporter Nasional kala memperingati sewindu hari suporter tahun 2008 — kita ini memang suporter myophia: suporter yang rabun dekat, suporter yang tidak melihat menggunakan seribu cara pandang. Katakanlah itu gugatan kami, kepada diri kami sendiri. Karena kami selama ini menderita myopia, cadok, rabun dekat. Kita hanya mampu melihat hal-hal yang dekat, misalnya fanatisme terhadap klub berdasarkan primodialisme yang berlebihan, bahkan rela dibela dengan nyawa.

Lalu, dengan kecadokan semacam itu kita merasa cukup, merasa sehat, merasa dunia sepakbola kita sudah beres-beres saja. Kita tidak menyadari terancam hanya menjadi useful idiot, orang-orang yang bagai kerbau dicocok hidung, karena tidak berani memiliki pikiran atau pendirian yang mandiri. Konflik-konflik antarsuporter itu mungkin sengaja “dipelihara”, seperti halnya pelbagai konflik di tanah air, sehingga dapat memberikan keuntungan kepada sekelompok aktor intelektual tertentu.

“Ketika mata di balas mata, maka dunia akan menjadi buta”. Sebuah ungkapan yang menarik dari Mahatma Gandhi tepat untuk mencerminkan keberadaan suporter sepakbola di Indonesia. Sebuah kata “dendam” menjadi sebuah pelegalan untuk melakukan kerusuhan.

Seiring berkembangnya waktu, proses pendewasaan suporter semakin mudah dikampanyekan, terutama lewat media internet dan social media semacam Facebook (FB) dan twitter. Sigit ‘Ompong’, dirijen Pasoepati berkali-kali menulis di status FB-nya. Kalau anarkisme itu dimulai dari lagu yang menghujat, maka sejak beberapa waktu lalu Sigit Ompong sudah tidak mau mengajak untuk bernyanyi rasis. Hal yang sama juga dilakukan oleh Jakmania. Di website mereka sempat terpampang sebuah gambar yang bertuliskan, “kita punya banyak lagu bagus, kenapa memilih lagu rasis”. Pendewasaan seperti itu sebenarnya yang dibutuhkan para pemimpin kelompok suporter.

Seandainya seluruh elemen suporter bersatu, membuang ego mereka masing masing, menggulingkan Nurdin Halid semestinya bukan perkara yang mudah. Namun ketika kita bersikap secara eksklusif dengan berdemo hanya dengan kelompok kita sendiri, maka tuduhan suporter bayaran dari sang raja PSSI tersebut meluncur dengan enteng.

Masih terngiang ikrar kala jambore suporter 2007 di Bali waktu itu: “Kami Suporter Sepakbola Indonesia, dengan ini berikrar dan bersungguh-sungguh menjaga serta menjunjung tinggi persatuan dan perdamaian dalam ikatan persaudaraan antarsuporter demi kemajuan serta kejayaan Sepakbola Indonesia.”

Berawal Dari Diri Kita Sendiri

Sepakbola memang kesukaan ane dari kecil sampe sekarang. Otomatis ane seneng banget sama yang namanya nonton pertandingan sepak bola (baik dalam / luar negeri). Banyak tim yang ane demenin ketika kecil, diantaranya Intermilan, Ajax, MU, kalo lokal ane masih ga tau tuh klub-klub yang bagus yang mana. Sampai suatu ketika ane diajak nonton sepak bola di stadion Lebak Bulus sama saudara, bener-bener ga tau apa dan seperti apa tim yang mau main saat itu. Ya, yang ane inget cuma satu kata “Persija”. Saat itu ane bertanya-tanya seperti apa itu Persija. Setelah di stadion ada perasaan ngeri/takut, karena supporter banyak banget dan sudah dewasa semua (saat itu ane masih duduk di kelas 1 SMP) walaupun tidak sedikit juga yang seusia ane. Tapi setelah kick-off dimulai, atraksi pun dimulai. Wah benar-benar beda dengan yang ane sangka. Suasana jadi begitu bergemuruh, penuh semangat, pokoknya senang sekali waktu itu. Dan yang lebih ane tidak sangka lagi, ternyata orang-orang yang ada didalam stadion (supporter) sangat ramah, sangat bernuansa seperti kita ini adalah satu keluarga. Dari situ ane kenal yang namanya The Jakmania.

Dimanapun ane berada, baik di Jakarta atau diluar Jakarta ketika jika ada saling bertemu sesama Jakmania, secara otomatis kita pun menjadi dekat seperti bicara dengan keluarga sendiri. Semakin menjadi ane cinta sama yang namanya Persija, ketika Persija meraih gelar Juara di Tahun 2001 yang dipimpin oleh Kapten Jabrik (Nur Alim). Hampir setiap pertandingan kandang ane nonton langsung di stadion walaupun tidak ada Korwil Jakmania yang menaungi ane, sampai akhirnya ane buat Kartu Tanda Anggota (KTA) Jakmania dengan Korwil Buncit (itu juga karena ada keluarga yang di daerah sana). Setiap perjalanan berangkat ataupun pulang dari Stadion ane selalu nebeng dengan Korwil mane aje yang bisa mengantar ane berangkat/pulang. Begitu kentalnya rasa kekeluargaan sesama The Jakmania tanpa memandang dari manapun mereka berada dan tidak segan-segannya membantu sesama antar Jakmania. Begitu bangganya sebagai orang asli Jakarta memiliki Persija dan The Jakmania saat itu.

Ketika akhir sekolah di SMA, ane mulai kendor nonton Persija karena tuntutan lulus di SMA sangat sulit, jadi harus banyak konsentrasi ke pelajaran sekolah yang juga dilanjut dengan mulai masuk ke bangku kuliah. Tapi bukan karena itu saja ane jadi jarang nonton langsung ke stadion mendukung tim kesayangan Persija, melainkan karena melihat pertikaian, perseteruan, dan masalah lainnya yang ada di tubuh The Jakmania. Miris juga melihat itu semua terjadi didepan mata ane. Ane jadi punya pikiran ”apa The Jakmania akan hancur” ?? dan masih teringat dengan kata-kata dari Bung Ferry, Ketua Umum The Jakmania ketika masih bermarkas di Lebak Bulus waktu itu, “The Jakmania tidak akan hancur dengan apapun, kecuali oleh The Jakmania itu sendiri”. Yup, sangat tepat kalimat itu., sesekali ane nonton langsung ke stadiaon walaupun datang sendiri dan tanpa ada yang mengetahui demi nonton Persija, karena malea jika ada yang tau ane masih nonton langsung distadion. Sebab “Image” Masyarakat saat ini The Jak adalah Rusuh, Brutal, dan Semrawut.

Semakin jarang ane nonton distadion, semakin geregetan juga kenapa dilawan kalau memang cinta Persija. Dan suatu saat ane pernah berpikir kalo terus diam saja seperti ini malah hanya akan membuat gundah hati. Kenapa bukan mencari jalan keluar bagaimana mencari cara untuk mengatasinya sampai akhirnya bertemu dengan segelintir orang yang sudah memiliki pemikiran dewasa dan kedepan untuk membuat suatu komunitas yang nantinya kami bercita-cita menjadi panutan bagi teman-teman Jakmania lain maupun Supporter lainnya, untuk menciptakan kembali The Jakmania sama pada saat dulu kita memulai The Jakmania pada awalnya.dan menjadikan diri kita sendiri sebagai contoh bagi rekan lainnya. Maka terbentuklah komunitas itu dan mungkin saat ini sudah banyak anggotanya bahkan sampai sering masuk media dengan kreatifitasnya.
Kami hanya ingin “Image” masyarakat terhadap The Jakmania dan Persija kembali menjadi hal yang positif, sehingga akan banyak lagi yang berfikir “Oh The Jakmania, saya senang dengan mereka..”

Ayo Jak, mari dimulai dari diri kita sendiri sebagai contoh untuk kebaikan, sehingga nantinya tidak ada lagi keributan, perselisihan apalagi tawuran sesama The Jak.

STOP Tawuran, Anarki.
Tingkatkan Sportifitas, Kreatifitas. Buktikan kita adalah Supporter yang santun, sportif, kreatif, atraktif dan selalu bersemangat untuk mendukung Persija.
Mohon maaf kalo ane sok tau, tulisan ini hanya berdasarkan pengalaman pribadi ane dan hanya ingin Persija dan The Jakmania lebih baik lagi.
Bravo Persija – The Jakmania.

Salam,
Bahtiar Riva’i (Vai) – JaKantor Community

Rabu, 27 Oktober 2010

Hp Esia Edisi The Jakmania Sudah Di Luncurkan!

The Jakmania punya kiat khusus untuk lebih mendekatkan anggotanya. Juga dengan tim kesayangannya, Persija Jakarta.

The Jakmania dan Bakrie Telecom menjalin kerja sama dengan meluncurkan produk terbaru Esia. Telepon genggam ini khusus diperuntukan buat pendukung fanatik Persija.

Selain dengan penampilan back cover yang Jakmania banget, telepon ini dilengkapi dengan isi menarik seperti wallpaper dan ringtone ala Persija.Hp Esia The Jakmania

Selain itu, Jakmania dapat melalukan telepon dan sms gratis ke sesama “hape Jakmania.” Syaratnya, setelah melakukan pengisian ulang sebesar Rp25 ribu.

Kerjasama ini tentu disambut antusias anggota The Jakmania. Selain dapat memantau aktivitas Persija, kehadiran “hape Jakmania” ini mendekatkan hubungan antar pendukung Persija.

“Kerja sama ini tentu saling menguntungkan. Selain komunikasi antar anggota akan lebih terjalin, produk ini juga terkenal murah,” ujar ketua The Jakmania, Danang Ismartani usai peluncuran “Hape Jakmania” di Jakarta, Selasa 26 Oktober 2010.

Para pendukung Persija dapat memiliki hape ini hanya dengan harga Rp250 ribuan. Padahal, untuk varian sejenis biasanya dijual Rp350 ribu.

“Target terdekat kami terjual 5 ribu unit. Namun, kami juga ingin menjangkau seluruh Jakmania,” ujar Head of Direct Sales & Alternatif Channel Bakrie telecom, Ahmad Bachrudin.

Sebagai gambaran, saat ini anggota aktif The Jakmania mencapai 50 ribu. Sebuah pasar yang menggiurkan tentunya.

Dalam kesempatan itu, Ahmad juga membenarkan jika kerjasama dengan The Jakmania ini juga akan diterapkan pada komunitas-komunitas lokal lainnya.

Mari Menjadi Supporter Yang Berjiwa "IRI"

Secara harfiah arti kata “iri” adalah merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain.. Kali ini saya ingin mengajak rekan2 Jakmania untuk menjadi supporter yg berjiwa iri, tetapi jangan salah artikan dulu apa yg saya maksud ini. Berjiwa Iri disini adalah dalam arti yg positif yaitu menjadikan perasaan iri itu menjadi lecutan semangat bagi diri kita agar dapat menjadi lebih baik dari orang lain.

Kita harus mempunyai jiwa iri ketika melihat bagaimana militannya supporter tim lawan memberikan semangat kepada tim pujaannya sehingga terlecut hati kita agar dapat menjadi supporter yg lebih militan dari mereka. Kita harus menjadi iri ketika melihat bagaimana sportivenya lawan menerima kekalahan dari tim kebanggaan kita sehingga terlecut juga hati kita untuk menjadi lebih sportive disaat tim kita mengalami kekalahan ataupun saat meraih kemenangan. Kita juga harus iri ketika supporter tim lawan begitu tertib dan santun saat mendukung tim kesayangannya sehingga terlecut jiwa kita untuk menjadi supporter yg lebih tertib dan lebih santun saat mendukung tim kebanggan kita. Kita juga harus iri ketika hal2 positive terjadi disekeliling kita sehingga terlecut jiwa kita untuk menjadi supporter yg lebih positive.. dst.

Kawan-kawan Jakmania jangan pernah takut untuk menjadi suporter yg berjiwa Iri, sepanjang iri itu diarahkan kepada hal yg positive.. jangan pernah ragu untuk mejadi supporter yg berjiwa iri, sepanjang hal itu menjadi lecutan bagi diri kita agar menjadi lebih baik lagi. Tapi jangan sekali-sekali mempunyai jiwa iri ketika melihat orang lain berlaku anarki, jangan pernah iri ketika orang lain melakukan kerusuhan dan kerusakan.. jangan pernah iri ketika orang lain berlaku negative… dst Kawan-kawan mari kita menjadi supporter yg berjiwa “IRI” Mari kita menjadi supporter yg semakin lama tumbuh menjadi lebih baik… Mari kita menjadi supporter yg semakin lama semakin militan dalam mendukung tim kebanggaan kita “PERSIJA JAKARTA” Mari kita menjadi supporter yg semakin tertib dan santun… Mari kita menjadi supporter yg semakin dewasa dlm segala hal sehingga terwujudnya keinginan kita bersama yaitu PERSIJA menjadi JUARA.

Tri “JaKantor Community”

Sumber : jakmania.org

Jumat, 22 Oktober 2010

Persija Dan The Jakmania

Semua orang di Jakarta pasti sudah sangat mengenal dengan PERSIJA dan The Jakmania, bahkan didaerah-daerah pun rasanya sduah tidak asing lagi kedua kata tersebut. Kedua elemen tersebut memang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. PERSIJA butuh dukungan penuh The Jakmania saat bertanding dan The Jakmania ada karena PERSIJA. ingat..!! The Jakmania ada karena PERSIJA. Pendapat serta opini masyarakat Jakarta pun berbeda-beda dengan kedua elemen tersebut, ada yang berpendapat dan memberi penilaian positif dan tidak sedikit juga yang memberi opini serta penilaian yang negatif. Koq bisa negatif..?? itulah realita yang ada di masyarakat Jakarta saat ini.

Dari pengamatan saya sebagai warga Jakarta, opini-opini masyarakat tersebut saya rangkum dalam 3 bagian.

Pertama :
Sebagai warga Jakarta saya sangat suka dan bangga dengan PERSIJA sebagai tim sepakbola ibukota, dan saya juga suka dengan The Jakmania yang selalu memberikan dukungan penuh kepada PERSIJA saat bertanding dengan kompak dan atraktif didalam stadion.

Kedua :
Sebagai warga Jakarta saya suka dengan PERSIJA sebagai tim sepakbola ibukota, namun saya tidak suka dengan The Jakmania karena sering rusuh dan tawuran.

Ketiga :
sebagai warga Jakarta saya tidak suka dengan PERSIJA karena saat ini tidak mempunyai prestasi yang dapat dibanggakan, apalagi The Jakmania yang sering rusuh dan tawuran bahkan tawuran sesama The Jakmania.

Dalam hal ini saya tidak akan menanyakan opini anda tentang ketiga rangkuman diatas atau menanyakan dibagian mana yang mana opini anda.Tetapi yang menjadi sebuah pertanyaan besar adalah bagaimana caranya agar PERSIJA dan The Jakmania bisa menjadi suatu kebanggaan masyarakat Jakarta dan mendapatkan tempat yang khusus di hati masyarakat Jakarta sehingga tidak ada lagi pendapat atau opini negatif serta sikap apatis dari masyarakat Jakarta??

Memang tidak semudah membalikan telapak tangan untuk mewujudkan hal tersebut, tetapi ini adalah suatu tantangan yang harus segera dijawab secara konkret oleh seluruh elemen masyarakat Jakarta Khususnya para petinggi-petinggi PERSIJA supaya bisa meninggalkan EGO nya masing-masing agar bisa lebih fokus dalam mengelola PERSIJA sehingga PERSIJA mampu memberikan prestasi yang setinggi-tingginya yang bisa dijadikan kebanggaan oleh masyarakat Jakarta. Petinggi-petinggi The Jakmania juga harus bisa menjaga citra baik The Jakmania di mata masyarakat agar mendapatkan tempat yang special di hati masyarakat Jakarta.

Teruskan aksi kreatifmu The Jakmania, teruskan nyanyian-nyanyian semangat mu untuk PERSIJA.

STOP.. !! pertikaian, stop kerusuhan, stop tawuran dan STOP..!! menyakiti sesama pendukung PERSIJA

mari kita wujudkan mimpi kita menjadi nyata...

Mat Oren - JaKantor Community

jakmania.org

Senin, 11 Oktober 2010

Nada Sambung Pribadi ( NSP / RBT ) PERSIJA

BP (Bersama Persija) - Gondal Gandul
NSP - Telkomsel = 3710106
I-Ring - Indosat = 2003780
RBT - Pro-XL = 11300873
Esia = 3710106

I Can't Stop Loving Persija - Gondal Gandul
NSP - Telkomsel = 3710107
I-Ring - Indosat = 2003778
RBT - Pro-XL = 11300874
Esia = 3710107

Jak Medley - Gondal Gandul
NSP - Telkomsel = 3710108
I-Ring - Indosat = 2003777
RBT - Pro-XL = 11300875
Esia = 3710108

Persija I Love You - Gondal Gandul
NSP - Telkomsel = 3710112
I-Ring - Indosat = 2003774
RBT - Pro-XL = 11300879
Esia = 3710112

Jakarta Kota Gue - Gondal Gandul
NSP - Telkomsel = 3710109
I-Ring - Indosat = 2003780
RBT - Pro-XL = 11300879
Esia = 3710109

Jangan Lawan Persija - Gondal Gandul
NSP - Telkomsel = 3710074
I-Ring - Indosat = 2003632
RBT - Pro-XL = 11300753
Esia = 3710074

Bangkit Persija - Opini Band
NSP - Telkomsel = 3710104
I-Ring - Indosat = 2003782
RBT - Pro-XL = 11300871
Esia = 3710104

Ayo The Jak - Pilot Orange
NSP - Telkomsel = 3710103
I-Ring - Indosat = 2003781
RBT - Pro-XL = 11300870
Esia = 3710103

Sang Juara - Kickers
NSP - Telkomsel = 3710113
I-Ring - Indosat = 2003772
RBT - Pro-XL = 11300880
Esia = 3710113

Kudukung Kau Persija - Kobams
NSP - Telkomsel = 3710111
I-Ring - Indosat = 2003773
RBT - Pro-XL = 11300878
Esia = 3710111

B.A.B (Bukan Anak Bawang) - Orkes Biang Kerok
NSP - Telkomsel = 3710105
I-Ring - Indosat = 2003779
RBT - Pro-XL = 11300872
Esia = 3710105

Ku Anak Jakarta - Orkes Biang Kerok
NSP - Telkomsel = 3710102
I-Ring - Indosat = 2003783
RBT - Pro-XL = 11300869
Esia = 3710102

*KHUSUS ESIA (ESIA ONLY)

KODE ARTIST JUDUL
================================
3670009 | Budiman A.D. | Mars Persija
3670010 | Budiman A.D. | Persija Juara
9611509 | Gondal Gandul | Persija Harus Menang
3710106 | Gondal Gandul | Bp Bersama Persija
9611505 | Hoolijak | Go Persija


Cara Aktivasi:

NSP - Telkomsel
Ketik : RING ON (kode)
Kirim : 1212

I-Ring - Indosat
Ketik : REG
Kirim : 808

Mendownload I-Ring
Ketik : SET (kode lagu)
Kirim : 808

RBT - Pro-XL
Ketik : Kode Lagu
Kirim : 1818

Cara Mengaktifkan Nada Sambung ESIA :

* Ketik SMS : Ring(spasi)Kode Lagu Kirim ke : 888
* Lewat Voice Portal (DV8.88) : Telpon saja dari Esia Anda ke nomor 888, katakan Nada Sambung
Tarif telpon Rp.750,-/menit

Biaya Nada Sambung :

* Bulanan : Rp.9000,-/bulan + 10% Ppn
* Mingguan : Rp.3000,-/minggu + 10% Ppn

Kamis, 23 September 2010

JADWAL PERTANDINGAN PERSIJA `ISL 2010/2011`

▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓
▓▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▓
▓▒▓▓▓▓▓▒▒▓▓▓▓▓▒▓▓▓▓▓▒▒▓▓▓▓▓▒▓▓▒▓▓▓▓▒▓▓▓▓▓▒▓
▓▒▓▓▒▒▓▓▒▓▓▒▒▒▒▓▓▒▒▓▓▒▓▓▒▒▒▒▓▓▒▒▒▓▓▒▓▓▒▓▓▒▓
▓▒▓▓▓▓▓▒▒▓▓▓▓▓▒▓▓▓▓▓▒▒▓▓▓▓▓▒▓▓▒▒▒▓▓▒▓▓▓▓▓▒▓
▓▒▓▓▒▒▒▒▒▓▓▒▒▒▒▓▓▒▓▒▒▒▒▒▒▓▓▒▓▓▒▓▒▓▓▒▓▓▒▓▓▒▓
▓▒▓▓▒▒▒▒▒▓▓▓▓▓▒▓▓▒▒▓▓▒▓▓▓▓▓▒▓▓▒▓▓▓▓▒▓▓▒▓▓▒▓
▓▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▓
▓▒▓▓▒▒▒▒▓▓▓▓▓▓▒▓▓▒▒▒▓▓▒▓▓▓▓▓▒▓▓▓▓▓▒▒▓▓▓▓▓▒▓
▓▒▓▓▒▒▒▒▓▓▒▒▓▓▒▓▓▒▒▒▓▓▒▓▓▒▒▒▒▓▓▒▒▓▓▒▓▓▒▒▒▒▓
▓▒▓▓▒▒▒▒▓▓▒▒▓▓▒▒▓▓▒▓▓▒▒▓▓▓▓▓▒▓▓▓▓▓▒▒▓▓▓▓▓▒▓
▓▒▓▓▒▒▒▒▓▓▒▒▓▓▒▒▓▓▒▓▓▒▒▓▓▒▒▒▒▓▓▒▓▒▒▒▒▒▒▓▓▒▓
▓▒▓▓▓▓▓▒▓▓▓▓▓▓▒▒▒▓▓▓▒▒▒▓▓▓▓▓▒▓▓▒▒▓▓▒▓▓▓▓▓▒▓
▓▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▓
▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

PUTARAN PERTAMA
---------------------------------------------------------------------------
MINGGU 26 SEP 10 : PSPS VS PERSIJA Live ANTV 19.00 ( Tandang )

SABTU 16 OKT 10 : PERSIJA VS PERSELA Live ANTV 15.30 ( Kandang )

SELASA 19 OKT 10 : PERSIJA VS DELTRAS Live ANTV 15.30( Kandang )

SABTU 23 OKT 10 : PELITA VS PERSIJA Live ANTV 15.30 ( Tandang )

SELASA 26 OKT 10 : SEMEN PADANG VS PERSIJA ( Tandang )

SABTU 30 OKT 10 : PERSIJA VS PERSIB Live ANTV Live ANTV 19.00 ( Kandang )

SELASA 2 NOV 10 : PERSIJA VS SRIWIJAYA FC Live ANTV 15.30 ( Kandang )

SENIN 3 JAN 11: BONTANG FC VS PERSIJA Live ANTV 19.00 ( Tandang )

KAMIS 6 JAN 11 : PERSISAM VS PERSIJA Live ANTV 15.30 ( Tandang )

MINGGU 9 JAN 11 : PERSIJA VS PERSEMA Live ANTV 15.30 ( Kandang )

RABU 12 JAN 11 : PERSIJA VS AREMA Live ANTV 19.00 ( Kandang )

SENIN 17 JAN 11 : PERSIWA VS PERSIJA ( Tandang )

KAMIS 20 JAN 11 : PERSIPURA VS PERSIJA ( Tandang )

SELASA 25 JAN 11: PERSIJA VS PERSIBO Live ANTV 15.30 ( Kandang )

SABTU 29 JAN 11: PERSIJA VS PERSIJAP Live ANTV 19.00 ( Kandang )

RABU 2 FEB 11 : PERSIBA VS PERSIJA Live ANTV 15.30 ( Tandang )

SABTU 5 FEB 11 : PSM VS PERSIJA Live ANTV 19.00 ( Tandang )


PUTARAN KEDUA
-----------------------------------------------------------------------
Minggu, 13-Mar-2011. PERSIJA Jakarta vs Persiba Balikpapan (Kandang)

Jumat, 18-Mar-2011. Persib Bandung vs PERSIJA Jakarta (Tandang)

Selasa, 22-Mar-2011. Persijap Jepara vs PERSIJA Jakarta (Tandang)

Kamis, 31-Mar-2011. PERSIJA Jakarta vs Persipura Jayapura (Kandang)

Rabu, 6-Apr-2011. PERSIJA Jakarta vs Persiwa Wamena (Kandang)

Minggu, 10-Apr-2011. Arema Malang vs PERSIJA Jakarta (Tandang)

Sabtu, 23-Apr-2011. PERSIJA Jakarta vs Persisam Samarinda (Kandang)

Rabu, 27-Apr-2011. PERSIJA Jakarta vs Bontang Fc (Kandang)

Minggu, 29-Mei-2011. Sriwijaya FC Palembang vs PERSIJA Jakarta (Tandang)

Rabu, 1-Jun-2011. PERSIJA Jakarta vs Semen Padang (Kandang)

Minggu, 5-Jun-2011. PERSIJA Jakarta vs Pelita Jaya Karawang (Kandang)

Kamis, 9-Jun-2011. Persela Lamongan vs PERSIJA Jakarta (Tandang)

Minggu, 12-Jun-2011. Deltras Sidoarjo vs PERSIJA Jakarta (Tandang)

Minggu, 19-Jun-2011. PERSIJA Jakarta vs PSPS Pekanbaru (Kandang)


Note : Jadwal PERSIJA ISL Putaran Ke-2 Ini Bisa Saja Berubah , Tergantung Dari Pihak Panpel (Panitia Penyelenggara).

Salam Jempol Telunjuk

Terima Kasih Pak Cholik

Ditulis Oleh Bambang Pamungkas

Saya yakin sebagian besar dari kita, pasti pernah menikmati hangatnya bangku sekolah. Tempat di mana kita menuntut ilmu, bersosialisi, dan belajar mandiri sebagai sebuah pribadi. Banyak sekali kejadian-kejadian yang tak terlupakan di tempat ini, saat-saat di mana kita sedang tumbuh dan berkembang, serta mulai mengenal hal-hal yang baru..

Dan hampir setiap murid mempunyai guru favorit, beragam faktor yang membuat seorang guru menjadi favorit dari murid-murid. Ada yang berdasarkan wibawa, kecantikan, ketampanan, karena mengajar mata pelajaran kegemaran, atau mungkin cara guru mengajar, yang mungkin tergolong unik atau menyenangkan, sehingga membuat kita merasa dapat menikmatinya…

Begitu juga dengan diri saya, saya mempunyai seorang guru favorit saat duduk di bangku sekolah menengah pertama. Saya menyukai guru tersebut, karena pada suatu ketika, beliau telah memberi sebuah kesempatan dan kepercayaan kepada saya, di saat orang lain meragukan diri saya. Dan hal tersebut membekas hingga saat ini…

Suatu ketika di twitter, ada salah satu follower saya yang sempat menyebutkan nama guru tersebut, seketika sayapun teringat kembali dengan beliau dan nostalgia masa lalu, hal tersebut yang membuat saya berinisiatif untuk membuat tulisan ini.

Nama guru tersebut adalah Pak Choliq dan inilah ceritanya…

Saya bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Salatiga, tidak mudah untuk dapat masuk ke sekolah ini, karena sekolahan tersebut adalah SMP terbaik di kota saya Salatiga. Apalagi dengan status saya sebagai siswa dari luar kota (Getas, Kab. Semarang), karena sekolah ini memberi prioritas bagi siswa-siswa yang berasal dari dalam kota Salatiga. Akan tetapi berbekal Nilai Ebtanas Murni 44,98 atau rata-rata 8,996 maka sayapun berhasil menembus sekolah ini…

Pak Choliq sendiri adalah seorang guru Agama, akan tetapi beliau sangat menyukai bidang olahraga, khususnya sepakbola. Dan kebetulan beliau juga merupakan guru pembimbing extra kulikuler sepakbola di sekolah kami…

Saat awal masa sekolah saya di SMP ini, teman-teman saya mengenal saya karena keunikan dalam penampilan saya. Saat itu tangan kiri saya di balut gips selama sebulan awal sekolah, karena saat liburan kenaikan kelas, tangan kiri saya mengalami patah tulang (Baca artikel : Pendekar Gelang Sakti). Hal tersebut yang membuat teman-teman sekolah saya dengan mudah mengenali saya…

Sejak kecil saya memang mempunyai jiwa olahraga yang sangat kuat, sehinggga dengan keadaan satu tangan di balut gips pun, saya masih tetap bermain basket atau sepakbola dengan rekan-rekan saat istirahat sekolah, di lapangan basket sekolah kami. Banyak teman-teman yang melarang saya untuk bergabung, akan tetapi saya selalu berhasil meyakinkan (memaksa lebih tepatnya) mereka untuk ikut bertanding…

Seperti sekolah-sekolah yang lain, sekolah kami juga mempunyai pelajaran extra kulikuler. Setiap siswa di wajibkan mengikuti 2 extra kulikuler selain yang wajib yaitu Pramuka. Saat itu saya memilih komputer dan olahraga yaitu sepakbola. Akan tetapi sejujurnya, saya memilih komputer hanya untuk melengkapi kewajiban saja…

Saya lebih sering membolos saat extra kulikuler komputer dimulai, hanya demi bermain sepakbola, basket atau volley dengan siswa yang lain, yang kebetulan berada di sekolah saat sore hari . Maka seingat saya, saat penerimaan piagam komputer, nilai saya adalah Teramat Sangat Kurang Sekali hehehe.. Dan itu membuat ibu saya marah sekali…

Untuk extra kulikuler sepakbola, jangankan bolos terlambat pun saya tidak pernah. Akan tetapi terdapat sedikit kendala di sini, mengingat saya adalah siswa kelas 1 dan badan saya tergolong kecil, saya sering disepelekan oleh kakak-kakak kelas saya. Jangankan untuk ikut bertanding, waktu latihan pun banyak saya habiskan untuk bermain kucing-kucingan di pinggir lapangan…

Saya akan diajak bertanding jika ada kakak kelas kami yang berhalangan hadir, akan tetapi saya tidak pernah risau dengan keadaan tersebut. Disamping karena extra kulikuler ini wajib untuk menunjang nilai saya, disisi lain saya juga sangat gemar bermain bola, jadi saya selalu menikmati kegiatan sore saya…

Sampailah pada suatu ketika, tim sekolah kami akan melakukan pertandingan persahabatan dengan sebuah desa, bernama Suruh. Kebetulan pembina kami Bpk. Cholik juga berasal dari desa tersebut. Saat itu stok pemain kami kurang, banyak pemain yang berhalangan hadir, hanya ada 15 pemain pemain plus 1 pembina kami yaitu Pak Choliq sendiri…

Seperti biasa, saya hanya duduk di tepi lapangan ketika pertandingan dimulai, saya memperhatikan pertandingan dengan sangat seksama. Saat babak pertama usai, tim kami sudah kalah 2-0, para pemain inti kami pun nampak sudah mulai kelelahan. Saat itu Pak Cholik juga turut bermain, walaupun diusia yang kira-kira 45 tahun (saat itu) tetapi sejujurnya kemampuan orang tua ini boleh juga, beliau adalah seorang gelandang bertahan…

Saat stok pemain sudah habis, Pak Cholik melirik saya, dan diapun bertanya. “Eh, kamu, siapa nama kamu..??” “Saya Bambang pak..” jawab saya, “Kamu biasa main dimana..??” tanyanya kembali, dengan yakin saya jawab “Di mana saja saya bisa pak..”, “Gayamu tho le,, le,, (Gaya sekali kamu)“ , “Yasudah main di pasar saja sana” sahut pak Cholik yang seketika di sambut dengan tawa seluruh pemain (beliau memang terkenal suka bercanda), saat itu seketika muka saya merah padam…

Kemudian, “Yasudah coba kamu ganti saya, main yang bener ya, jangan menang gaya saja, tapi mainnya *mak plekethus* (Omong kosong)”, “Siap pak..!!!” Jawab saya bersemangat. Saat itu kakak-kakak kelas saya sempat mempertanyakan keputusan Pak Cholik untuk memasang saya, mengingat saat itu kami sudah kalah 2-0. Dengan tenang beliau menjelaskan kepada pemain yang lain demikian “Biarkan saja dia main, kalo kita ngga pernah mencoba, kapan kita tau kemampuan dia, tugas kalian yang lebih senior adalah membimbingnya, lagipula dari gayanya sih keliatannya lumayan”…

Maka sayapun bermain di sepanjang babak kedua, saat itu saya bermain sebagai gelandang bertahan dengan No punggung 16. Saya bermain layaknya Lothar “Herbert” Matthaus saat itu, maju menyerang dan kembali bertahan saat diserang. Saya juga berhasil mengatur irama tim dengan baik, dan yang paling membanggakan adalah, saya berhasil mencetak 1 gol dan memberi 1 umpan kepada striker kami untuk mencetak gol…

Saat itu hasil akhirnya kami memang kalah 3-2, akan tetapi penampilan saya membuat mata pembina kami dan para kakak kelas saya kaget. Mereka tidak mengira jika saya dapat bermain bola dengan baik, yang mereka tau adalah 3 bulan yang lalu saya masih menggunakan gips di tangan kiri saya. Mereka tidak tahu jika saat itu saya adalah siswa Sekolah Sepakbola Ungaran Serasi sejak usia 8 tahun, mereka juga tidak mengetahui jika tahun kemarin (Kelas 6 SD, Usia 12 tahun), saya sudah mewakili Jawa tengah dalam Turnamen PSSI Piala Djamiat Dalhar di Jogjakarta, yang saat itu juga terdapat M. Ridwan (Sriwijaya FC) dan Nova Arianto (Persib Bandung) dalam tim …

Sejak kejadian itu, status sayapun berubah dalam tim sekolah kami. Dari pemain yang hanya menjadi pelengkap di tepi lapangan, menjadi pemain inti di posisi gelandang bertahan. Dalam setiap pertandingan sekolah, saya selalu bermain dari awal pertandingan sampai peluit akhir tanda pertandingan usai. Para kakak kelas sayapun tidak lagi memandang saya dengan sebelah mata. Serta sedikit keuntungan tambahannya adalah, sebagai wakil sekolah di bidang olahraga, maka dengan sendirinya akan mendapat sedikit perhatian dari para siswa cewek ahahaha..

Hal tersebut tidak akan terjadi, tanpa keberanian Pak Cholik mencoba untuk memasang saya, dalam pertandingan melawan desa Suruh tersebut. Beliau berani memberi kesempatan seorang siswa ingusan, yang belum diketahui kemampuannya dan sejujurnya juga ditentang oleh 10 pemain yang lain yang berada di lapangan saat itu…

Satu pelajaran berharga dapat saya petik dari peristiwa tersebut. Yaitu, jangan pernah meremehkan siapapun serta berilah kesempatan kepada setiap orang dengan sama besarnya. Bakat muda akan terasah jika terus menerus diberikan kesempatan dan bimbingan, jam terbang lambat tapi pasti akan membentuk karakter serta mengasah kemampuan mereka…

“Karena memberi kepercayaan kepada pemain muda itu, bagaikan menyiramkan air pada bibit tanaman yang baru mulai tumbuh”

Hal tersebut yang saya rasakan kurang di dalam persepakbolaan Indonesia saat ini, pemain-pemain muda kita sangat kurang mendapat kesempatan untuk unjuk kebolehan. Peraturan lima pemain asing dalam sebuah tim akan menghambat perkembangan para talenta muda negeri ini. Hal tersebut yang tanpa kita sadari, mengakibatkan mandeknya regenerasi di dalam Tim Nasional Indonesia (ini yang luput dari radar bapak-bapak yang duduk diatas sana *PSSI*). Disaat timnas negara lain sudah menggunakan tenaga para pemain muda mereka, kita masih mengandalkan tentara-tentara lama yang sudah hampir usang…

Nama Pak Cholik akan selalu saya kenang sampai kapanpun, seorang guru yang tidak hanya memberi kesempatan dan peluang, akan tetapi juga sebuah kepercayaan kepada saya untuk menunjukkan kemampuan saya. Atas dasar rasa hormat saya kepada beliau, saya persembahkan Jersey Tim Nasional Indonesia, yang saya pakai saat Final Piala Tiger 2002 di Jakarta (saat itu saya berhasil menjadi pencetak gol terbanyak). seminggu setelah partai final tersebut, saya sempat sowan/berkunjung ke SMP Negeri 1 Salatiga dan memberikan baju tim nasional tersebut langsung kepada beliau…

Untuk pak Cholik, semoga selalu sehat wal afiat dan dalam lindungan Allah SWT. Terima kasih atas sebuah cerita yang mungkin ringan, akan tetapi tetapi bermakna besar bagi saya. Sebuah kisah yang akan selalu melekat dalam benak saya, sampai kapanpun…

Selesai….

diambil dari website Bambang Pamungkas http://bambangpamungkas20.com/bepe/?p=328

Oren Cikampek Pesbukan

Ratusan "Oren" Cikampek beraksi pada hari Sabtu lalu 4/9 dengan kawalan ketat dari pihak kepolisian, Jakmania Cikampek sukses menggelar acara berbuka puasa dengan tema 'Pesbukan' yang artinya Pengajian, Buka puasa, dan Santunan yang merupakan agenda tahunan dari Jakmania Cikampek.
Walaupun awalnya sulit sekali untuk mendapatkan ijin untuk menggelar acara ini, namun dengan semangat yang tinggi dari elemen Jakmania Cikampek, akhirnya ijinpun dapat diberikan oleh pihak Kepolisian Cikampek. ''sebenarnya kita sudah mendapat ijin secara lisan, tapi kita masih menunggu kebijakan dari kapolsek Cikampek agar ijin secara tertulis bisa keluar'' begitu seperti yang diungkapkan oleh pihak panitia.

Acara yang dimulai dari pukul 4 sore itu berjalan dengan apa yang diharapkan sesuai rencana. Acara diisi oleh tausiah dari ustad muksin, tazil gratis, buka bersama, dan santunan anak jalanan.
Tazil yang berisi kurma dan air mineral gelas pun dibagikan kepada para warga sekitar dan para pemudik yang terjebak macet dijalur cikampek tersebut setelah adzan magrib mulai berkumandang.

Turut hadir juga Jakmania yang berada diwilayah pantura, Cilamaya, Jatisari, Purwakarta, Subang, Pabuaran, Kosambi rel, dan Bekasi. Selain anggota Jakmania yang menghadiri acara tersebut, hadir juga Wakapolsek Cikampek, dan kepala dusun Cikampek Timur.
Wakapolsek sempat memberi sambutan untuk para jakmania yang hadir, dalam sambutannya tersebut beliau menghimbau agar suporter lebih mengutamakan sportifitasnya dari pada tawurannya karena di wilayah Cikampek ini sering sekali terjadi bentrokan antar supporter sepakbola.
''Saya sangat menyambut positif kegiatan acara ini, yang penting kita sama-sama menjaga diri dari hal-hal yang dapat merugikan diri kita ataupun orang lain'' ujar Wakapolsek.
Acarapun ditutup doa dan dilanjutkan salat taraweh bersama di masjid agung cikampek, setelah melakukan taraweh bersama para anggota jakmania pun konvoi keliling kota Cikampek dan langsung membubarkan diri untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan sesuai himbauan pihak Kepolisian.

Persija Neupi Maot!!

Bersatulah Supporter Indonesia

Tak dapat dipungkiri bahwa tanpa adanya supporter, persepakbolaan manapun takkan pernah bisa untuk maju. Begitupun di Indonesia, dengan tanpa adanya dukungan dari supporter, wajah persepakbolaan Nasional takkan menarik. Meskipun begitu, yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya. Supporter klub-klub di Indonesia terkesan lebih banyak menimbulkan dan membawa dampak ke arah negatif ketimbang ke arah positifnya terhadap prestasi sepakbola Nasional. Memang, permasalahan supporter bukanlah satu-satunya penyebab kurang berkembangnya persepakbolaan dalam negeri. Kurangnya pembinaan terhadap para pemain muda lokal, kepengurusan PSSI yang dinilai kurang optimal, fasilitas sarana dan prasarana yang kurang memadai pun serta merta menjadi faktor penyebabnya.

Tapi dalam tulisan ini gw hanya menekankan tentang permasalahan supporter, karena itulah ruang lingkup gw sebagai supporter. Sepakbola takkan pernah dapat lepas dari yang namanya supporter. Gw sebagai pecinta sepakbola Nasional, sangatlah prihatin dengan kondisi persepakbolaan Indonesia yang tak kunjung membaik serta mendapatkan prestasi dalam kancah Asia maupun Internasional. Gw pun sangat sedih dan miris melihat, mendengar dan menyaksikan permasalah supporter klub-klub di Indonesia yang makin tahun makin memburuk.

Saat ini wajah supporter klub-klub di Indonesia bak Perang Dunia, dimana adanya Blok Barat dan Blok Timur, “Musuh Kawan adalah Lawan”. Hhmmm… Misalnya perseteruan antara Aremania dan Bonek, The Jakmania dan Bonek, LA Mania dan Bonek. Memang Aremania, The Jakmania dan LA Mania dikenal akur. Adapula permusuhan antara The Jak dan Viking, The Jak dan NJ, The Jak dan Bonek. Awalnya, perseteruan itu hanyalah melibatkan The Jakmania dan Viking, mungkin karena Viking, Bonek dan NJ akur, apakah harus bersekongkol untuk saling memusuhi??? Sampai kapankah situasi seperti ini akan berakhir???
Disini gw tak memihak kepada supporter manapun, ya meskipun gw Jakmania yang otomatis tak suka jika ada yang melecehkan PERSIJA dan JAKMANIA. Yang gw mau yakni bersatunya seluruh supporter Indonesia, saling bergandeng tangan dibawah bendera Merah Putih untuk bersama–sama memajukan persepakbolaan Tanah Air. Mungkin dengan terwujudnya persatuan antar supporter di Indonesia akan dapat menyadarkan para pengurus PSSI serta menjadi cambuk bagi para pemain Timnas bahwa KITA haus akan kemenangan dan prestasi Timnas. Memanglah sangat tak mudah untuk menyatukan tekad, butuh kesadaran dari masing-masing supporter bahwa supporter manapun sama saja, sama-sama bernaung dibawah Sang Garuda.

Tak inginkah kita melihat dan menyaksikan tim kesayangan kita berlaga diluar kandang s’lalu dengan rasa man dan nyaman? Tanpa adanya gesekan antar supporter? Tiap insan supporter pasti mengharapkan impian itu cepat terjadi. Sudahilah semua permusuhan antar supporter ini, kita harus berani melangkah maju untuk mewujudkan suasana sepakbola yang professional , terkendali serta enak ditonton. Semuanya harus dimulai dari sekarang juga, tak ada kata terlambat untuk memulai. Tunjukkanlah rasa nasionalisme dan patriotisme pada Timnas Merah Putih, tak ada yang lebih penting yang harus kita bela selain Timnas. Hilangkanlah rasa ego masing-masing, mengalah demi hari esok yang lebih baik tak ada salahnya.

Salam Damai
Seluruh Supporter Indonesia
1 Hati 1 Jiwa 1 Bendera
Merah Putih Tercinta

Senin, 02 Agustus 2010

Fenomena Warna Oren Di Bumi Arema

Assalamulaikum wr.wb
Dan salam sejahtera untuk Jakmania & Persija Lovers di seluruh dunia.
Kita tahu...tahun ini Persija telah melewati seluruh pertandingan musim ini dengan tuntas, walaupun di musim ini Persija masih belum mendapatkan posisi terbaiknya yaitu sebagai Juara. Gw yakin semua Jakmania & Persija Lovers menginginkan & mengharapkan “Semoga tahun depan Persija akan menjadi lebih baik dan bisa mengangkat Piala....amiiiienn !!
Dan asal kalian tau....Doa itu bukan hanya terucap dari kita sebagai Pendukung & Suporter dari Persija. Gw tegaskan sekali lagi....tidak hanya Jakmania & Persjia Lovers yang mengharapkan hal itu terjadi. Karena apa yang gw lihat dan gw alami benar-benar membuat gw jadi merasa kaget.
Yaa.....hal ini terjadi di kota Malang -Jawa Timur, dimana kota ini terkenal dengan tim sepak bola Arema Indonesia dan suporternya Aremania.

Sedikit gw ceritakan pengalaman gw selama tinggal kurang lebih 6 tahun di kota ini, satu contoh jika Arema bertanding, maka hampir seluruh kegiatan warga menjadi terhenti karena mereka pada sibuk menonton pertandingan tersebut baik langsung hadir di stadion ataupun melihat di siaran TV. Jalanan menjadi lancar bahkan sepi..para pedagang bahkan meninggalkan dagangannya hanya untuk melihat Arema bertanding di TV, itu adalah sebuah hal yang sudah biasa terjadi di sini. Namun bukan itu yang membuat gw merasa heran.... gw lihat dalam 2 tahun terakhir ini, Persija yang nota bene bermarkas di Ibukota Jakarta juga di elu-elukan oleh warga malang. Bukan rahasia lagi jika suporter Arema yaitu Aremania & suporter Persija Jakmania mempunyai history sendiri, kedua suporter besar itu berkawan baik dan selalu berdamai. ini bisa terlihat jika Persija bertandang ataupun melakukan pertandingan di kota malang, warga malang bisa menerima dengan tangan terbuka kehadiran para Jakmania. Begitupun sebaliknya !!

Namun suatu fenomena telah terjadi di kota Malang..diantaranya jika Arema bertanding di stadion kebanggaannya Kanjuruhan, disitu pasti akan terlihat atribut warna orange khas suporter Persija. Baik itu yang memakai kaos, jacket ataupun syal. Gw juga tau mereka yang memakai atribut tersebut adalah bukan Jakmania, tapi mereka adalah Aremania. Pernah gw tanya ke orang-orang itu,”mas... koq pake kaos & Syal Jakmania? Emangnya mas ini Jakmania yaa? Dan kalian tau orang tersebut jawab apa? .....huehuehue....(sambil tertawa) ayas iki Aremania asli sam...Jakmania karo Aremania iku sak doloran. Ayas yo dukung Arema, yo dukung nang Persija!. Artinya begini : Saya ini Aremania asli mas..Jakmania sama Aremania itu satu saudara. Saya ya dukung Arema juga dukung Persija!. Weleh Terenyuh gw mendengar jawaban tersebut....jawaban dari seorang Aremania!

Dan keheranan gw ga berhenti sampai di situ...pernah sepulang dari kerja gw buru-buru pulang untuk menonton pertandingan Persija yang disiarin langsung di TV, karena gw lihat jam sudah tidak memungkinkan untuk melihat di rumah...akhirnya gw berhenti di sebuah warung yang ada TV nya. Sambil berharap pemilik warung mau menyalakan TVnya untuk gw. Dan gw kaget karena tempat duduk sudah penuh dengan orang yang sedang menonton pertandingan Persija tersebut. Volume speakernya pun terdengar keras bercampur suara dari pengunjung warung tersebut. Dari ocehan dan teriakan mereka..jelas banget kalau mereka mendukung dan mengharapkan Persija menang !! Ayo BePe....tambah mane golle, Gasak jebolno mane gawange.. !! teriakan khas itu terdengar berulang kali dari para penonton di warung tersebut.

Dulu awal-awal gw tinggal di Malang, hanya gw dan beberapa Jakmania asal jakarta yang menggunakan atribut Oranye. Kami hanya memiliki atribut baru jika ada diantara kami yang sedang pulang ke jakarta. Secara di kota Malang tidak ada Distro ataupun toko yang berjualan atribut Jakmania. Namun saat ini.....Kaos, Syal ataupun merchandise lainnya yg berbau Persija sangat mudah di dapatkan di kota ini, Banyak distro-distro ataupun gerai toko atribut Arema yang juga menyediakan perlengkapan atribut berwarna orange seperti kaos, syal,topi, jacket, tas & sticker. Menurut keterangan penjaga Distro, penjualan dari atribut Persija dan Jakmania dalam 3 bulan terakhir ini meningkat tajam seiring penjualan kaos & atribut Arema itu sendiria. Bahkan pembeli sampai indens gitu karena toko sudah kehabisan stok. Yang paling banyak dan laku keras saat ini menurut dia adalah syal bertuliskan “Arema The Jak”.

Jika kita lihat di jalan jalan kota malang....sering gw jumpai anak muda ,orang tua bahkan anak-anak yang menggunakan Kaos berwarna Orange dengan gambar ataupun tulisan Persija & Jakmania. ini bisa gw bilang Fenomena menarik yang terjadi di kota malang.

pasti para Jakmania pernah melihat tulisan dan mendengar kata-kata ini?
AREMANIA & JAKMANIA SODARA SAKLAWASE !!
yang artinya “Aremania & Jakmania Saudara selamanya !!”
kata-kata tersebut benar benar ada dan dapat gw rasakan di kota Malang.
Dan gw pun bangga karena Persija tidak hanya milik para Jakmania dan warga ibukota saja, tapi Aremania dan masyarakat kota Malang juga mencintai Persija.


SEMANGAT TERUS BUAT PARA PERSIJA LOVERS...
TEBARKAN TERUS VIRUS –VIRUS JAKMANIA DIKOTAMU..

Salam JT untuk seluruh Jakmania di Seluruh Dunia...
JakNgalam
Dari Malang Untuk PERSIJA

Sabtu, 31 Juli 2010

DAFTAR ALAMAT DISTRO JAKMANIA

1. JO (JakOnline)
www.jakmania.org
CP : Saif 08151601685, Oren Barat 021-98353231

2. Sekretariat THE JAKMANIA
Lokasi: Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan
CP: Santo, 081585920320

3. Outlet Orange Brani
Lokasi: Jl. Kusen Raya No.2 Kayu Putih, Jak-Tim (Rumah EPENK, Korwil Rawamangoen)
CP: 08161412693

4. Outlet Tribun Oren
Lokasi: Jl.Raya Bekasi Pondok Ungu (Depan Pabrik AQUA Bekasi)

5. Bengal's Store
Lokasi: Jln. KH. Hasyim Ashari/ Setiakawan No.1 RT.004, RW.007, ROXY, Jakarta-Barat.
CP: 081513128020

6. Outlet Biang Kerok
Lokasi: Jln. Utan Panjang 2 No.2, Kemayoran, Jakarta-Pusat
CP: Buyung, 021-93060195 / 081586634122

7. Station Orange
Lokasi: Stasiun Cikini (depan McD Cikini), Jakarta-Pusat
CP: Aldo 081387740003 / 02199806051

8. Jak Ngulon Outlet
Lokasi: Jln. Pedongkelan Belakang RT. 9 , RW. 13, Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
CP: Donal, 021-96567200

9. Outlet Multi Etnis
Lokasi: Jln. Kemuning Dalam No. 8, Utan Kayu Utara
CP: 021-92075849

10. Jak Distro MUKE GILE, Cipinang
Lokasi: Jln. Bekasi Timur 6 RT.012 RW.08, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta-Timur
CP: Jawil, 021-85901364 / HP: 08176449922

11. Distro MENTAL BAJA, Pademangan
Lokasi: Jln. Budi Mulya RT.08, RW.010 gg E4, Pademangan Barat, Jakarta Utara
CP: Hendrik, 081385371912

12. OREN's STYLE
Jln. Raya Pondok Gede No.18 RT 001 RW.01 , Depan Terminal Pinang Ranti, Jakarta-Timur

13. Biang Oren (BO)...
Di depan SMPN98/SMUN38
Jl. Raya Lenteng Agung - Depok No.11
Jagakarsa,
Telp. 08170007135/02197860820

14. Orens Priok Outlet
Jl. Swasembada Timur XVII No.6 KB.Bawang Tg.Priok Jakarta Utara
(Belakang Walikota Jakarta Utara)
CP: Dedi - 4372047 & 081584184823

15. OREN RAYA BOGOR OUTLET ( JAK KM37 )
Jl. Raya Bogor KM. 37, Perumahan Villa Pertiwi Blok P4 No. 20, Cimanggis, Depok, Jabar
CP : Jo - 02192244958 / 08568951282

16. Pojok Orange Store
Jl. Malaka 4 RT. 03/08 Malaka Sari, Jakarta Timur
Telp. 02192202032/ 08569949529

17. Orange Corner
Alamat: JL. Pondok Pinang 1 No:27 Perempatan SMK 18 Selatan Jakarta
Telp: 02198009352

18. Begajul Outlet
Jl. Puskesmas 1 RT 07/07 no 17
cengkareng ,jakarta barat, Jakarta, Indonesia 11750
Telp: 02194808729 / 081317036739

19. Pendekar Oren
Jl. Mawar 3 Blok B8 No.24
Komplek Harapan Kita Perum 2
Karawaci - Tangerang
Telp: 081514521521, 02195491928

20. ORANGE UNLIMITED
Jl.Masjid Al Falah RT 003/01 Kelurahan Kamal
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat 11810
Telp: 021-9908 9292 / 0812 8021 7952 / 0857 1430 4699

21. Gallery Orange
Jl. Raya Pondok Kopi, Gg. Bona
Kel. penggilingan, Kec. Cakung, Jakarta Timur
Telp: 02183279647 yongki / 0881472671 abay

22. Gudang Oren (Bao)
Jl. Rawa Belong No. 2A, (Dekat Pertigaan Lampu Merah Rawa Belong)
Palmerah, Jakarta Barat
Telp. 021-9893-5312

23. Orange Blood Shop
Jl. Pondok Betung Raya No. 05, Pondok Aren - Tangerang Selatan

CURAHAN HATI ANAK PASOEPATI

A’, abdi ridho jadi pacar aa’.. Abdi cinta sama aa’.. Aa’ jaga diri baik-baik di ibukota nya..!

Sepenggal kalimat dalam sms pacar saya di Bandung yang dikirim di sela-sela kesibukan saya sebagai pegawai negeri. Pacar saya asli orang sunda Bandung, sedangkan saya sendiri sudah tentu pembaca tahu, seorang cah Solo yang ngelembana di ibukota. Anak Solo yang mencintai sepakbola Solo dan Persis Solo. Wong Jowo Surokarto yang menisbatkan dirinya sebagai Pasoepati.

Hubungan saya dan pacar saya bisa dibilang langgeng meskipun dipisahkan oleh tiga jam perjalanan darat Bandung-Jakarta. Kami menjalani ini dengan penuh kasih sayang dan kepercayaan. Kami saling mengenal mulai dari pribadi, histori hingga hobi. Dia tahu saya adalah penggemar bola, main bola dan pendukung klub sepakbola. Dia tahu saya fanatik Pasoepati karena saya selalu cerita mengenai pengalaman saya mencintai klub Persis Solo sejak kecil.

Namun, dalam beberapa episode, dia terkadang menyembunyikan sikapnya. Ada beberapa rahasia dalam hatinya yang tidak dia ungkapkan kepada saya. Saya sebenarnya tahu bahwa dia pura-pura suka dengan makan sate kambing padahal dia dari dulu tidak pernah mau makan makanan berkolesterol tinggi itu. Saya juga tahu perasaannya yang “memaksa” nonton di bioskop meskipun dia tidak pobia kegelapan bioskop. Ketika saya bertanya mengenai hal itu, akhirnya dia jujur bahwa dia hanya ingin mencoba untuk selalu bersama. Tidak ingin lepas dengan saya.

Segala hal di atas memang tidak membuat saya terkejut karena itu hal adalah biasa yang menjadi warna suatu hubungan. Tetapi alangkah terkejutnya saya tatkala melihat dia menyimpan kaos, atribut dan merchandise klub Persib Bandung tersusun rapi di dalam lemarinya yang tidak sengaja saya buka. Damn! Itu adalah batin kejut saya tiba-tiba pasca melihatnya. Kejadian ini tanpa sepengetahuannya yang kebetulan sedang menyeduh kopi di dapur. Saya buru-buru menutup pintu lemari itu dan kemudian saya berekspresi seperti biasa. Dia datang dan kemudian kami bersama mengobrol mengenai masa depan kita tanpa menyinggung sedikitpun peristiwa yang barusan saya alami.

Sampai disitu, saya balik ke Jakarta dengan penuh kecemasan, kegundahan dan penyesalan. Saya tidak tahu kenapa perasaan buruk ini terjadi begitu cepat. Saya dalam mobil yang berjalan selalu memandangi stiker-stiker Pasoepati yang tertempal kuat di kaca mobil. Mata saya berkaca-kaca karena saya begitu mencintai seseorang yang secara umum saya benci. Dia rela menanggalkan segala atribut kesukaannya untuk saya. Sesampai saya di kamar kos, saya ambil sepuntung rokok dan menyalakannya. Bull.. asap mengepul dan saya tarik nafas dalam-dalam. Saya pandangi foto pacar saya ini berulang kali. Foto kami berdua dalam aura percintaan nan sejati. Dia terlalu baik bagiku. Dia manis, cantik, sangat patut untuk menjadi pendamping hidup saya selamanya.

Malam itu saya berada dalam persimpangan. Pacar saya adalah anggota Viking Bandung yang fanatik. Pacar saya adalah anggota kelompok supporter yang melempari kereta saya ketika melintas pulang kampung ke Solo. Pacar saya yang sangat saya sayangi terlalu sayang untuk ditinggalkan. Kemudian saya ambil air wudlu dan berdoa. Berdoa kenapa sejarah menciptakan kata “benci” antara Viking dan Pasoepati. Kenapa sejarah berkata saya diharuskan untuk antipati kepada pendukung klub sepakbola Persib Bandung. Kenapa sejarah membuat kami pencinta sepakbola harus baku hantam karena kefanatikan sempit. Solo dan Bandung adalah kota bersejarah. Persis dan Persib adalah klub bersejarah. Pasoepati dan Viking adalah supporter bersejarah. Dan pacar saya dan saya adalah dua insan bersejarah.

Kini, karena saya tidak akan melepaskan kaos Pasoepati di tubuh saya, apakah saya harus melepaskan cincin persatuan cinta pacar saya? Cinta yang telah terajut beberapa tahun, cinta yang sudah mengakar dalam hati dan sanubari, cinta yang sudah berhegemoni dengan suka dan duka. Cinta yang saya selalu harapkan untuk abadi. Apakah fanatisme kepada klub kesayangan harus mengalahkan kasih sayang seorang kekasih?

Dalam renungan saya malam itu bahwa selama ini, dia menahan segala emosi kemenangan Persib Bandung di Stadion Siliwangi, dia rela tidak menonton ke sana karena takut ketahuan saya. Selama ini, dia membuat saya selalu tersenyum, bahkan dia pun tersenyum melihat kemenangan yang diraih Persis Solo.

Tut, tut… Handphone saya berbunyi. Ada sms masuk dan darinya.

“A’a, sudah sampai rumah kan? Jangan lupa makan yaa.. Met Istirahat Aa’.. Love You Always..”

* Artikel kiriman Muh. Aris Budi Yadi, seorang Pasoepati Jakarta yang berharap persaudaraan terjalin antara Pasoepati dan Viking.

Kita memang berbeda warna, tapi kita satu suporter Indonesia. Hentikan permusuhan suporter sekarang juga. Ciptakan kedamaian antar suporter, dimulai dari kota Solo. Aku, kamu dan mereka adalah sama. Kita bersaudara!


SALAM 1 JIWA
LOYALITAS TANPA BATAS

Jakmania untuk Persija! (kritik atas tulisan berjudul "Persija Nyawa Gue")

Sebuah tulisan di website ini yang ditulis oleh Hasan Basri berjudul "Persija Nyawa Gue" menarik untuk disimak. Selain penuh dengan ekspresi yang menggebu-gebu, tulisan tersebut juga mencoba "mereduksi" identitas dan peran The Jakmania sebagai sebuah organisasi resmi suporter Persija, dengan mengambil contoh kasus maraknya keributan antar sesama pendukung persija yang terjadi dalam beberapa waktu yang lalu.

Mungkin maksudnya baik, ingin supaya para pendukung Persija fokus terhadap tim yang didukungnya, bukan malah memikirkan hal lain seperti tawuran dan lain sebagainya. Namun perspektif sang penulis cenderung terlalu simplistis dan ahistoris, kenapa? Karena masalah gesekan antar suporter Persija adalah satu hal, dan identitas adalah hal yang lain lagi. Alasannya pun tidak melulu karena egoisme satu kelompok terhadap kelompok yang lain, tidak melulu berhubungan dengan eksistensi antar satu kelompok Jakmania dengan kelompok Jakmania lain yang berbeda wilayah. Kebanyakan penyebabnya hanya masalah sepele, atau karena masalah pribadi lain yang tidak berhubungan secara langsung dengan The Jakmania.

Seperti yang kita ketahui, kelahiran The Jakmania adalah antitesa dari kegelisahan anak muda Ibukota yang sudah sedemikian rupa terkotak-kotak baik secara sosial maupun ekonomi dan nyaris tidak punya suatu hal yang bisa dibanggakan dari kota yang semakin hedonis dan individualis. Heterogenitas dalam masyarakat urban adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari, oleh karena itu perlu diciptakan sebuah identitas bersama sebagai representasi dan simbol eksistensi diri. The Jakmania lahir untuk menyatukan elemen-elemen yang sudah terfragmentasi secara ekonomi dan sosial tadi menjadi sebuah identitas baru anak muda Jakarta. Dan Persija adalah satu-satunya kebanggaan Ibukota yang bisa dimiliki bersama, oleh sebab itu Jakmania mendeklarasikan diri sebagai organisasi resmi kelompok suporter Persija.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, kalau secara historis The Jakmania adalah bagian tak terpisahkan dari Persija, kenapa dalam tulisan tersebut si penulis mencoba membuat dikotomi antara Persija dan The Jakmania dengan mengambil contoh kasus Aremania? Kalau mau jujur, antara Aremania dan The Jakmania punya latar belakang yang berbeda. Aremania lahir dalam kondisi masyarakat yang homogen, baik dari segi sosial maupun ekonomi, sehingga dengan atau tanpa organisasi suporter pun tim Arema tetap akan memperoleh dukungan yang besar dari masyarakat Malang.

Sementara The Jakmania lahir ditengah heterogenitas kaum urban, yang nyaris tidak punya kebanggaan apapun terhadap kota yang ditinggalinya. Dan identitas menjadi hal yang penting di sini, untuk menunjukkan eksistensi dan simbol representasi diri. The Jakmania kemudian mengidentifikasikan dirinya sebagai organisasi resmi kelompok suporter Persija, dan sudah menjadi aksioma kalau The Jakmania itu PASTI Persija, karena keduanya saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. The Jakmania sebagai sebuah organisasi dengan beragam bidang yang ada di dalamnya pun melakukan fungsi konsolidasi, aktualisasi, sosialisasi, advokasi, dan reunifikasi fragmentasi heterogenitas kaum urban tadi, sesuatu yang mungkin tidak dilakukan oleh Aremania.

Jadi tidak ada yang salah dengan banyaknya logo, gambar, tulisan atau apapun yang berbunyi "The Jakmania." Karena orang-orang pun tahu kalau yang memakai kata tersebut di kaos, stiker, topi, kemeja, tas, dan lain-lain yang mereka kenakan adalah PASTI pendukung Persija. Yang tahu akan sejarah pasti tidak akan membuat diferensiasi antar keduanya, karena The Jakmania hanyalah sebuah identitas dari sebuah kebanggaan akan tim sepakbola Ibukota bernama PERSIJA JAKARTA. Dan ketika berada di luar kota atau luar daerah, kita boleh berbangga menyebut diri sebagai Jakmania, karena Jakmania ada untuk Persija!

Fenomena "BP Lovers"

Siapa yang tidak kenal Bambang Pamungkas, striker Timnas Indonesia, dan Persija Jakarta (sampai tulisan ini naik cetak) yang memang sudah tidak perlu diragukan lagi kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar. Lahir 30 tahun lalu, Bepe kecil menghabiskan masa kecilnya hingga menamatkan pendidikan menengah pertamanya di sebuah kabupaten yang terletak di kota Semarang yakni Getas.

Diumur 8 tahun bepe kecil sudah mulai bermain bola untuk bergabung di sebuah SSB di tempat kelahirannya, hingga bakatnya mulai semakin terasah di saat bepe bergabung di Diklat Salatiga. Hingga pada akhirnya di usia yang belum genap 20 tahun Bepe Junior mulai bergabung dengan klub kebangaan kota Jakarta, Persija. Di Persija lah karir sepakbola Bambang Pamungkas mengalami peningkatan pesat. Total sudah 115 gol ia cetakan selama membela team yang berjuluk Macan Kemayoran.

Selain dari jumlah gol yang sudah dicapai, Bepe turut serta mengantarkan Persija Jakarta meraih juara pada tahun 2001, serta beberapa penghargaan yang pernah diraihnya mulai dari pemain terbaik, hingga topskor selama membela Persija.

Prestasi bagus di Persija ternyata juga berimbas juga kepada penampilannya di Timnas Indonesia, walaupun belum berhasil mempersembahkan gelar juara dalam event kejuaraan apapun, Bepe berhasil membuat sejarah baru dengan jumlah gol terbanyak di timnas, mengalahkan Kurniawan Dwi Julianto yang juga merupakan pemain yang menjadi inspirasinya selama ini dengan torehan 35 gol.

Karir Bepe tidak hanya cemerlang didalam negeri saja, tercatat bepe pernah menjajal kerasnya sepakbola negeri kincir angin selama 4 bulan bersama EHC Norad, dan bersama Selangor yang sukses dibawanya juara 44 kompetisi yang berbeda di tahun yang sama, serta menjadi pemain terbaik, Malaysia Cup pada tahun 2005.

Dengan semua catatan – catatan karier dan prestasi yang sudah diraihnya, tidak menjadi suatu hal yang aneh apabila bepe memiliki banyak fans dan penggemar. Tidak hanya dari supporter Persija saja, namun dari kalangan supporter lain kagum dengan sosoknya. Dan penggemar ataupun fans bepe memiliki sebutan tersendiri yaitu Bepe lovers.

Terkadang kecintaan Bepe lovers terhadap Bambang Pamungkas melebihi kecintaanya terhadap Persija. Jadi mereka “seperti” tidak begitu perduli dengan team secara keseluruhan tapi hanya kepada seorang bepe. Hal tersebut sebenarnya berdampak kurang baik untuk team Persija, karena Persija membutuhkan support tidak hanya kepada individu kepada pemain tapi kepada keseluruhan team.

Sampai yang terhangat sedang dibicarakan menjelang persiapan Persija menghadapi kompetisi ISL musim depan, yang mana dikabarkan Bambang Pamungkas akan meninggalkan klub yang telah membesarkan namanya untuk kembali menunjukan aksinya berlaga di luar negeri. Kali ini klub yang dikabarkan berminat untuk meminang bepe, yakni klub Wellington Phoenix, klub asal Selandia Baru yang mengikuti kompetisi tertinggi liga Australia (A-League).

Berita yang menjadi 2 sisi yang berbeda dipersepsikan, bagi Bepe sendiri kesempatan ini tentu bisa dijadikan sebagai catatan tersendiri dalam kariernya di dunia sepakbola yang digelutinya selama ini, tapi tidak bagi bepe lovers. Karena bagi Bepe lovers, kepergiaan bepe ke Australia, sama saja dengan tidak bisa melihat aksi – aksi bepe di Indonesia. Hal tersebut yang tidak diinginkan oleh mereka. Sedikit konyol memang kedengarannya tapi itulah fenomena yang terjadi. Seperti yang terangkum dalam beberapa media online yang terpantau oleh Jak Online, melalui account twitter resmi Jak Online di @JakOnline

Seperti ini lah reaksi mereka ketika mengetahui rencana kepindahan bepe, “bepe ga boleh pindah,aku ga rela, nanti aku jadi ga semangat lagi nonton Persijanya kl ga ada bepe “ ada lagi seperti ini “ga rela bepe pindah ayo dong manajemen Persija tahan bepe supaya jangan pergi” ada juga yang bilang kaya gini “bepe please jangan pindah dari Persija, belum siap kehilangan kamu” dan dari semua kata – kata yang terangkum di twitter JO, ada satu yang sangat ekstrim “ gue doain bepe gagal tes kesehatannya di Australia, biar ga jadi pindah, masih belum bisa terima bepe pindah”

Mungkin bagi yang membaca semua keluh kesah bepe lovers terlihat sangat berlebihan, tapi itulah fakta yang ada. Bambang Pamungkas sudah menjadi magnet tersendiri bagi para penggemarnya. Bagi gue pribadi apapun keputusan yang diambil Bambang Pamungkas, harus disupport karena itu semua untuk kebaikan kariernya kelak.

formasi bisa berubah, pemain bisa berganti, hanya satu yang tak berubah dan berganti RASA CINTA INI AKAN ABADI

Masa bodo dengan manajemen, masa bodo materi pemain, cuek aja cuek gue gue aja..

Yang gue cinta Cuma Persija yang gue dukung Cuma Persija yang gue nanti Cuma Persija..

Persija..Persija..Persija..Persija..

sumber : www.bambangpamungkas20.com

Cerita dari Ujung Timur Kota Bogor

Seharusnya baik The Jak maupun Viking dapat saling mengintrospeksi dirinya masing-masing. Memang sudah semenjak lama permusuhan antar-kedua tersebut telah terjadi, dan bahkan sebelum aku jatuh hati terhadap Persija Jakarta dan menjadi The Jakmania. Aku lahir dan dibesarkan di kota Bogor, tepatnya di Cariu, yang berada di ujung timur Bogor. Tempatku sangat dekat dengan perbatasan dengan setidaknya 4 kota, yakni Cianjur, Karawang, Bekasi, dan Jakarta. Jadi, sungguh wajar apabila mayoritas di sekitar tempat tinggalku terdapat banyak penggemar Persib Bandung. Yang sangat disayangkan hampir tak ada penggemar dari Persikabo, yang notabene adalah tim sepakbola kebanggan Kota Hujan tersebut. Yang ada dan sangat tercium kental yakni persaingan dan bahkan menjurus ke permusuhan antara The Jak dan Viking yang memang sudah dianggap lumrah terjadi. Aku sebagai orang asli Bogor, aku sangat mendukung kemajuan Persikabo Bogor tentunya.

Sejak aku mempublikasikan dan terang-terangan mengakui bahwa aku adalah Jakmania, tidak sedikit dari teman-temanku yang menjauh. Sungguh aku tak mengerti pola pikir orang-orang seperti itu, tak mau berteman hanya karena beda pilihan? Bukanlah alasan yang dapat ku terima. Jujur, tak pernah sedikitpun terlintas dalam benakku, ya meskipun aku The Jak, untuk menjauhi teman-temanku walaupun mereka adalah Viking. Jikalau aku bisa menghargai dan menghormati Viking, mengapa mereka tidak bisa (teman-teman yang menjauhiku)?
Aku dapat berteman dengan siapa saja asal dia pun mau berteman denganku. Walaupun yang mengajak berteman itu adalah Viking, aku takkan menolaknya. Justru aku sangat bersyukur, setidaknya aku mengurangi perselisihan yang semakin manjamur beberapa tahun terkahir ini, khusunya di tempat tinggalku. Sampai kapanpun aku akan mendukung Persija dimanapun berada dan tetap berkomitmen terhadap slogan “PERSIJA SAMPAI MATI”.

Kalian mungkin sering menggunakan kata “ Lo asik Gw Nyantai, Lo Usik Gw Bantai”. Tapi kenapa disaat musuh tak mengusik, tetap saja dibantai? Bagiku diam bukan berarti takut ataupun kalah. Selama mereka (musuh) belum melakukan kontak fisik terlebih dahulu, aku takkan gunakan kekerasan. Ucapan dibalas dengan ucapan, hinaan dibalas dengan hinaan pula.

Memang, ditempat tinggalku aroma permusuhan The Jak dan Viking begitu kental dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan segala sesuatu selalu disangkutpautkan dengan hal itu. Mungkin itulah salah satu penyebab SDM dan SDA di kotaku tak pernah berkembang. Persatuan pun masih terpecah hanya karena berbeda di satu bidang saja. Sungguh miris dan tak ada habisnya apabila membahas tentang hubungan yang tak harmonis antara kedua kelompok tersebut.

Haruskah dendam ini dibiarkan berlarut-larut? Tentu saja tidak. Kesadaran diri masing-masing dan kedewasaan merupakan faktor yang sulit dibangun dan diterapkan dalam wajah supporter Indonesia. Ya, sebagai Jakmania, tentunya aku pun tak suka dan merasa tersinggung jika ada yang menghina The Jak dan Persija. Tak ada seorang pun yang terima pilihannya dianggap salah. Padahal kan pilihan itu adalah hak tiap warga Negara. Aku tak melarang dan takkan terusik jika Viking bangga terhadap Persib, bangga terhadap persahabatannya dengan supporter lain. Namun kalau mereka mengolok-olok tim kesayanganku, aku tak bisa hanya terus berdiam!

Sungguh ironis, disaat wajah persepakbolaan Nasional sedang menurun dan tak kunjung mendapat prestasi yang bagus, baik di level Asia maupun Internasional, justru kita masih saja disibukkan dengan supporter, supporter dan supporter yang selalu membuat masalah. Supporter bukanlah satu-satunya faktor penyebabnya, kepengurusan dalam PSSI pun dinilai buruk, apalagi dibawah kepemimpinan Ketua Umum PSSI Nurdin Khalid.

Contoh ketidak-akuran antar supporter yakni antara Aremania dan Bonekmania. Persaingan dan permusuhan mereka hampir dengan aroma The Jak-Viking. Walaupun The Jak dan Aremania mempunyai hubungan yang harmonis, tapi aku tak mau hubungan antara Viking dan Aremania pun ikut hancur pula. Apalagi akhir-akhir ini banyak berita berhembus bahwa hubungan mereka sudah mulai rapuh karena oknum-oknum tertentu. Kapan Indonesia bisa berdamai kalau seperti ini terus?

Cukupkanlah perselisihan yang telah banyak menjatuhkan korban jiwa ini, kita semua ini 1 tanah air, 1 bangsa, 1 negara. Apakah kalian semua tak bisa menghargai perjuangan para pahlawn-pahlawan yang bersusah payah menyatukan Negeri ini? Kita semua pasti sangat merindukan kata “DAMAI”, saling bergandeng tangan membangun dan meneruskan perjuangan para pahlawan terdahulu yang telah gugur di medan tempur demi anak cucu dan generasi penerusnya. Ya, kitalah generasi penerus yang seharusnya memperjuangkan persatuan dan kesatuan Tanah Air Tercinta Indonesia, khususnya para pemuda dan pemudi. Hilangkanlah egoisme, mengalah untuk menuju hari esok yang lebih baik tak ada salahnya kan?

AING JAKMANIA
PERSIJA SAMPAI MATI
PERSIJA NEPI KA MAOT
THE JAK CINTA DAMAI
SALAM SATU JIWA
BERSATULAH INDONESIAKU DIBAWAH BENDERA MERAH PUTIH

Kutukan APBD Serta Hilangnya "Sentuhan" The Jak

PUPUS sudah harapan pecinta Persija Jakarta melihat tim kesayangannya meraih gelar juara musim 2009/2010. Setelah di pentas Liga Indonesia hanya mampu bertengger di peringkat 7 klasemen akhir, langkah Macan Kemayoran di kompetisi Piala Indonesia pun berakhir. Di babak 8 besar, Bambang Pamungkas dkk tidak mampu memanfaatkan keunggulan di laga keduanya dan menyerah 0-2 dari Persik Kediri (agregat 4-5).

Praktis kegagalan Persija di musim ini memperpanjang kekecewaan pendukungnya, tidak terkecuali The Jakmania. Sejak terakhir kali mengangkat trofi Liga Indonesia tahun 2001, hingga kini klub kebanggaan ibu kota belum mampu membawa pulang kembali supremasi tertinggi kompetisi sepak bola di tanah air tersebut.

Lantas apa penyebab retetan kegagalan ini? Macan Kemayoran sepertinya kena kutuk oleh APBD DKI. Kenapa demikian? Simpel saja. Persija bisa meraih juara di Liga Indonesia VII (2001) tanpa adanya bantuan dari yang namanya APBD. Bahkan, dua musim sebelumnya, penampilan Macan Kemayoran sungguh luar biasa. Di Liga Indonesia V, Persija memiliki peluang besar meraih gelar juara pertamanya, sayang PSSI menghentikan kompetisi di tengah jalan karena kondisi perpolitikan di tanah air sedang memanas. Perjalanan Persija di Liga Indonesia V terhenti di babak semifinal.

Lanjut di Liga Indonesia VI. Performa Macan Kemayoran terlihat lebih garang. Ketika itu, lagi-lagi tanpa APBD, manajemen sanggup mendatangkan pelatih asing asal Bulgaria, Ivan Kolev, untuk meramu pemain sekaliber Nur’Alim, Luciano Leandro, dan sang junior Bambang Pamungkas. Kedatangkan Kolev membuat Persija difavoritkan untuk meraih posisi pertama di pentas sepak bola Indonesia.

Sayangnya, langkah Persija ’’dipatahkan” oleh pihak-pihak tertentu. Di babak 8 besar saat menghadapi Arema Malang di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Luciano Leandro yang menjadi roh dari permainan Persija terpancing emosinya oleh striker Arema Pacho Rubio. Adu fisik antara kedua pemain Amerika Latin ini pun tak terhindarkan. Buntutnya, wasit mengganjar Luciano kartu merah. Luciano pun tidak bisa membela Persija hingga final kompetisi. Muncul dugaan kalau Luciano sengaja dikartumerahkan semata-mata untuk menghancurkan kekuatan Macan Kemayoran. Terbukti, Persija kandas di semifinal.

Tiga musim kompetisi di atas menjadi bukti sahi betapa siapnya Persija dalam mengarungi derasnya samudra Liga Indonesia. Kesiapan Persija dalam menatap kompetisi bukan dilandaskan dengan kucuran bantuan bermiliar-miliar seperti yang terjadi saat ini. Kekuatan itu muncul karena keseriusan, kemauan, dan kerja keras dari orang-orang yang berada di jajaran manajemen dan pengurus.

Bagi gue, APBD itu madu bercampur racun. Madu karena membuat semua kalangan Persija menyambutnya bak tetesan air di bentangan gurun pasir. Kehadirannya membuat dahaga haus lenyap seketika. Sebaliknya, APBD juga membuat orang-orang Persija lupa diri. Lupa untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengurus, mengelolah, dan mengoperasikan tim. Semuanya seakan terbius untuk duduk manis menunggu siraman uang.

Karena APBD, nilai kontrak pemain melejit tinggi. Bahkan tak sedikit pemain Persija sejak Liga Indonesia IX hingga kini yang nilai kontraknya tidak sesuai dengan kualitasnya. Ibarat bergaji manajer, tapi kemampuan tukang sapu!

APBD juga melemahkan pihak manajemen dan pengurus dalam urusan menekan pengeluaran tim. Salah satu buktinya terjadi pada Liga Indonesia 2006. Salah satu stoper muda Persija (nama tidak disebutkan) yang kini jadi langganan Timnas Indonesia dikontrak dengan nilai Rp 200 juta lebih per tahun oleh manajemen. Padahal pemain tersebut mengaku bisa menerima kontrak walaupun nilainya hanya Rp 50 juta. Saat gue konfirmasi ke salah satu petinggi manajemen Persija, dia menjawab dengan simpel, ”Persija klub besar. Masa kita mau kontrak pemain dengan harga murah!.’’

Gila nggak! Kalau manajemen jeli atau pintar, setidaknya uang Rp 150 juta lebih bisa digunakan untuk keperluan lain, bukan untuk ngontrak satu pemain. Ini satu di antara bermacam-macam kasus yang membuat gue geli.

Kondisi seperti ini tidak terjadi ketika Persija tanpa APBD. Mantan Manajer Persija di Liga Indonesia VII, Aang Hamid Suganda, pernah bicara ke gue bahwa pada zaman dia Bambang Pamungkas saja tidak dikontrak, cuma digaji pada musim pertamanya di Persija.

Selain Aang, ada juga sosok Ahmadin Ahmad, dan IGK Manila. Tiga orang ini gue nilai “the right man on the right place” di manajemen tim.

Mereka benar-benar bekerja untuk bisa mendatangkan uang ke kas tim. Bagaimana pun caranya, mau itu “malak” iklan-iklan atau reklame yang terpampang di jalan, atau “ngolekin” dari pengusaha-pengusaha top di ibu kota , tapi uang itu ada dan mampu mengoperasikan keperluan tim.

Nah, peran di atas benar-benar dijalankan oleh tiga sosok ini. Ahmadin Ahmad yang merupakan pejabat birokrat DKI memiliki jaringan di lingkup Pemda DKI untuk mencari dana dari mitra-mitranya. Sementara Aang Hamid yang merupakan pengusaha kala itu bertugas menutupi kas tim di saat pencarian dana macet. Sedangkan IGK Manila yang menjabat Chief de Mission diplot sebagai duta besar klub untuk segala urusan dengan PSSI. Lewat komando Sutiyoso selaku Pembina Persija, ketiga sosok di atas berjalan di track yang beda tapi arahnya sama: membawa Macan Kemayoran juara!

Hal krusial lain yang menurut gue menjadi faktor kegagalan tim adalah menurunnya ’’sentuhan’’ dari The Jakmania. Peran dari pemain ke-12 ini sudah tidak seperti dulu lagi. The Jak bukan hanya pemain ke-12, tapi terkadang menjadi manajer ke-2 di dalam tim. Waktu dulu, The Jak tidak sekadar memberikan dukungan saat tim sedang berlaga. Lebih dari itu, The Jak pun sering mengkritik komposisi pemain yang masuk dalam incaran manajemen. Ini semua dilakukan bukan semata-mata mengintervensi manajemen, tapi karena rasa cinta The Jak terhadap tim kesayangannya.

Contoh waktu menjelang berakhirnya Liga Indonesia VIII tahun 2002, The Jak meminta manajemen untuk tidak memperpanjang kontrak Nur’Alim. Padahal, sang pemain merupakan kapten tim bahkan menjadi idola The Jak (terbukti ada yel-yel khusus buat Nur’Alim). Tapi alasan The Jak ketika itu adalah Nur’Alim sudah mulai materialistis, dan berpikir hanya dengan uang dia bisa bermain maksimal. Manajemen pun menurutinya dan tidak memperpanjang Jabrik, sapaan Nur’Alim, di Liga Indonesia IX.

Di tahun yang sama, The Jak pun memprotes manajemen yang tidak memperpanjang Budi Sudarsono. Protes ini dilakukan lewat yel-yel dan tempelan poster-poster di stadion Menteng dan saat Persija berlaga di Stadion Lebak Bulus. Aang Hamid yang ketika itu menjadi manajer tim menjadi bulan-bulanan The Jak. Tidak hanya umpatan dari mulut, sang manajer pun sempat merasakan perlakuan fisik oleh suporter Persija ketika tim sedang berlaga di Tangerang. Buntutnya, Aang pun mundur dari jabatannya saat liga berakhir.

Kasus lainnya juga terjadi pada sektor tim pelatih. Di awal Liga Indonesia VII, The Jak menuntut manajemen agar memecat Andi Lala dari kursi pelatih kepala. Manajemen pun mendepak Andi Lala.

Yang jelas, The Jak selaku suporter Persija ketika itu benar-benar menjalankan perannya. Mereka selalu kritis di saat tim kalah atau mengalami kegagalan. Dan The Jak juga selalu ada saat tim membutuhkan dukungannya. Ini suporter dan ini yang namanya pemain ke-12.
Powered by Blogger