Senin, 08 November 2010

Sepakbola Indonesia Sedang Terpuruk

- Sepakbola Indonesia Sedang Terpuruk -

Siapa yang berani menyangkal kalimat di atas..?? Siapapun mereka yang menyangkal dengan mencoba memberikan berbagai macam alasan, menurut pendapat saya mereka hanyalah orang-orang yang tengah mencoba menghibur diri, dengan mencari-cari pembenaran atas keterpurukan tersebut…

Secara pribadi, saya tidak pernah menyangkal akan hal tersebut. Selama ini kita hanya mampu menjadi negara yang “Hampir“, iya hanya selalu menjadi yang hampir. Hampir mengalahkan Uni Soviet, hampir mengalahkan Manchester United, hampir lolos Olimpiade, hampir lolos Piala Dunia, hampir lolos putaran kedua Piala Asia, hampir juara Piala Tiger (Suzuki) dan masih banyak lagi hampir-hampir yang lain…

Apa yang dapat dibanggakan dari kata “Hampir” itu sendiri..?? Sejujurnya tidak ada bukan..?? Saya tidak ingin mengomentari hampir-hampir di masa lalu, karena saya memang belum terlahir dan hanya mendengar dari cerita kebanyakan orang, sehingga saya merasa kurang berhak berkomemntar mengenai hal tersebut…

Mungkin akan lebih pas jika saya mengambil contoh peristiwa hampir di masa-masa sekarang. Peristiwa “Hampir” yang dimana saya sendiri ikut terlibat di dalamnya, yaitu hampir lolos ke putaran kedua Piala Asia 2004 dan 2007…

Pada Piala Asia 2004 (China) dan 2007 (Jakarta), Indonesia hampir saja lolos ke putaran kedua. Kita kalah di partai terakhir, yang seharusnya hanya membutuhkan hasil seri saat melawan Bahrain (2004) dan Korea Selatan (2007). Banyak pihak menilai jika Indonesia tampil luar biasa, mungkin itu betul, akan tetapi apa hasil akhirnya, sama saja gagal bukan. Jadi tidak ada yang dapat dibanggakan dari kata hampir itu sendiri,“Gagal adalah gagal.. Titik..!!!”…

Bangsa kita selalu terbelenggu dengan cara berpikir yang instan, yaitu ingin mencapai sebuah kesuksesan dengan cara instan. Selama ini kita selalu berusaha mengirim sebuah tim belajar/berlatih ke luar negeri selama 2 sampai 4 tahun, agar kelak tim tersebut mampu menjadi sebuah tim nasional yang kuat…

Hal tersebut memang tidak salah, akan tetapi alangkah lebih bijaksananya jika kita menggunakan uang jutaan dollar tersebut, untuk membangun sebuah pemusatan latihan bertaraf international di dalam negeri. Sehingga tempat tersebut dapat digunakan menjadi kawah candradimuka, guna mendidik talenta-talenta muda kita secara bertahap setiap tahunnya…

Sehingga setidaknya kita sudah mempunyai sebuah akademi sepakbola dengan sarana dan prasarana yang memadai, hal tersebut tentu dapat digunakan sampai kapanpun. Jika kita lihat saat ini, berapa banyak akademi di Indonesia yang memiliki standart fasilitas yang baik, sangat kurang menurut pandangan saya…

Saya lebih setuju jika kita membangun sebuah akademi yang lengkap dan modern serta mendatangkan seorang instruktur teknik berkualitas dari luar negeri. Instruktur tersebut bertugas membuat program latihan yang akan dilaksanakan oleh staf-staf pelatih lokal yang memimpin pada setiap kelompok umurnya. Sehingga pembinaan berjenjang, berkesinambungan, terprogram serta selaras itu akan terwujud (karena semua program berasal dari satu direktur teknik)…

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para pemain nasional di atas angkatan saya, para legenda sepakbola Indonesia dan para pahlawan sepakbola tanah air. Sejujurnya saya sudah muak dan mulai bosan dengan cerita yang bertajuk “Zaman Om Dulu”. Cerita di mana selalu bertopik perbandingan antara zaman dahulu dengan zaman sekarang…

Setiap zaman akan selalu berbeda. Berbeda pandangan, berbeda tanggapan, berbeda tantangan, berbeda apresiasi serta berbeda prestasi. Secara pribadi saya tidak pernah menafikan kehebatan individu para legenda persepakbolaan Indonesia tersebut. Akan tetapi secara prestasi tim nasional, sejujurnya tidak jauh berbeda dengan zaman sekarang, yaitu sama-sama Nol Besar…

“Jika Tim Nasional Indonesia pada zaman dahulu sangat hebat, mengapa kita baru bisa lolos Piala Asia pada tahun 1996″ padahal ajang ini sendiri sudah digelar sejak tahun 1956 di Hongkong. Yang membedakan zaman sekarang dengan zaman dahulu adalah alat pembanding. Yang saya maksud alat pembanding di sini berkaitan erat dengan teknologi pada zaman dahulu dan zaman sekarang…

Zaman dahulu teknologi pertelevisian di negara kita masih sangat terbatas, semua stadion di pelosok negeri selalu dipadati oleh para penikmat bola yang fanatik, karena hanya itu satu-satunya hiburan mereka. Stasiun TV di negara kita saat itu, tidak menyiarkan liga Spanyol, Itali, Inggris, Jerman dll. Oleh karena itu mereka tidak mempunyai pembanding dalam menilai kehebatan sebuah individu maupun sebuah tim…

Sedang saat ini pembandingnya sangat jelas, hampir setiap akhir pekan masyarakat kita disuguhi pertandingan liga-liga di Eropa, belum lagi Liga Champions Eropa, Piala Eropa, Piala Dunia dan masih banyak lagi. Hal tersebut membuat fanatisme masyarakat sedikit demi sedikit mulai terkikis, banyak penikmat bola yang lebih memilih menyaksikan petandingan liga-liga Eropa di rumah sambil ngeteh atau ngopi, daripada menyaksikan pertandingan Liga Indonesia secara langsung ke stadion…

Membandingkan liga-liga di Eropa dengan liga Indonesia jelas bagai bumi dan langit, baik dalam segala hal. Pemain-pemain lokal zaman sekarang jelas akan terlihat sangat kecil jika dibandingkan dengan individu-individu level dunia seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Didier Drogba, David Beckham dll…

Sedangkan para legenda sepakbola kita zaman dahulu dikenal dan disanjung-sanjung bagai dewa pada masanya. Disamping karena memang mereka adalah individu-individu yang hebat, disisi lain masyarakat tidak punya bahan pembanding, yang mereka lihat dan mereka baca di media ya hanya pemain-pemain itu saja…

Zaman sekarang banyak masyarakat kita yang lebih mengenal para pemain dan kesebelasan di Eropa dari pada pemain dan klub lokal kita sendiri. Siapa yang tidak menyukai permainan indah dan talenta luar biasa para pemain dunia tersebut. Banyak diantaranya yang menyukainya karena skill permainannya, negara asal, klub asal atau malah ketampanannya. Bahkan fans club dari klub-klub ternama di Eropa tersebut banyak bertebaran di Indonesia…

Inti dari apa yang ingin saya sampaikan di sini sebenarnya adalah. Sudah saatnya mari kita kesampingkan ego, arogansi, gengsi serta ke sok hebatan kita masing-masing. Setiap generasi mempunyai sisi terang dan sisi gelapnya sendiri dan setiap zaman pasti juga mempunyai kebanggan masing-masing…

Yang kita buntuhkan sekarang ini bukanlah siapa yang lebih jago, siapa yang lebih berprestasi atau siapa yang lebih hebat. Mari kita tanggalkan itu semua, mari kita menelanjangi diri kita dan mengakui bahwa sepakbola Indonesia ini tidak mempunyai prestasi yang dapat dibanggakan, “Tidak dahulu dan tidak juga zaman sekarang”…

Sepakbola kita ini sudah sedemikian terpuruknya, sehingga dibutuhkan pembenahan sedini mungkin pada setiap aspeknya. Para legenda tersebut jelas dibutuhkan saran dan masukannya untuk generasi yang lebih muda, mengingat beliau-beliau sudah banyak mengenyam asam garam dunia persepakbolaan tanah air…

Sudah bukan saatnya lagi untuk mencari kambing hitam, kambing coklat, kambing putih maupun kambing belang lagi. Sekarang saatnya untuk kita duduk bersama dan bertukar pikiran untuk mencari solusi dari keterpurukan persepakbolaan tanah air ini yang sudah sedemikian akut ini…

Jika kita selalu menengok ke masa lalu, maka sejatinya prestasi terbesar negara kita adalah saat berpartisipasi di Piala Dunia ketiga di Prancis pada tahun 1938, saat masih bernama Hindia belanda. Tetapi apa bangganya dengan fakta tersebut diatas..?? Tidak ada…!!!

Maka sekarang tidak ada lagi waktu untuk bernostalgia dan bercerita dengan topik “Zaman Om Dulu”. Sekarang sudah tiba saatnya untuk melakukan gerakan secara nyata, untuk merubah wajah persepakbolaan negara kita tercinta ini menjadi lebih baik dan lebih bermartabat tentunya….

Rasanya, kita sudah cukup memberi toleransi terhadap berbagai kegagalan dan mengatakan “Semoga di lain waktu kita berhasil”. Jangan ada lagi cerita hampir ini dan hampir itu di masa-masa yang akan datang. Mari kita bekerja keras dan saling bahu membahu, agar suatu saat nanti generasi di bawah kita mampu berkata “Iya kami hadir di Piala Asia, iya kami lolos Olimpiade atau bahkan iya kami INDONESIA berpartisipasi di Piala Dunia”..

“Bravo Sepakbola Indonesia”

Selesai….

Ditulis Oleh: Bepe

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Powered by Blogger