Selasa, 21 Juni 2011

PERSIJA, Kami Disini tetap Bangga

Berakhir sudah perjalanan panjang nan melelahkan Persija di kompetisi Indonesia Super League 2010/2011 dengan capaian posisi tiga di klasemen akhir. Kecewa? ah rasanya tak pantas bilang kecewa mengingat tim ini sudah berusaha maksimal hingga pekan terakhir. Mungkin kalau mau diungkapkan, Persija hanya kurang beruntung musim ini.

Ya, kurang beruntung. Tim ini punya materi pemain yang cukup (kalau tidak mau dibilang terbaik) di posisinya yang bisa membawa Persija bersaing dengan tim-tim lainnya. Nama-nama besar seperti Ismed Sofyan, M. Nasuha, M. Ilham, Syamsul Haeruddin, Greg Nwokolo, Agu Casmir dan Bambang Pamungkas yang juga masuk nominasi tim all stars ISL cukup menjadi bukti. Sementara untuk pelatih, nama Rahmad Darmawan yang juga ditunjuk sebagai arsitek tim nasional U-23 Sea Games 2011 tak perlu diragukan lagi. Begitu juga dengan masalah pendanaan, dana hibah 20 milyar dari Pemprov DKI Jakarta (Media Indonesia, 26 Februari 2011-red) jadi jaminan bahwa tim ini tidak mengalami kesulitan finansial berarti. Terlebih Persija punya suporter fanatik yang siap mendukung tim di manapun Persija bermain, The Jakmania.

Lantas di mana letak ketidakberuntungan tim ini? persoalan klasik, ketidakpastian partai kandang. Di saat tim lain bisa dengan tenang menjalani pertandingan demi pertandingan dengan kepastian jadwal dan venue pertandingan, Persija malah harus terusir (kembali) dari kandangnya dengan alasan keamanan maupun agenda politik. Bahkan sehari menjelang partai terakhir lawan PSPS (19/6), Persija masih belum mendapat kejelasan apakah bisa bermain di hadapan pendukungnya sendiri atau tidak. Jelas hal ini amat sangat mempengaruhi kondisi mental pemain, terlebih di kompetisi ISL yang memang punya daya magis tersendiri ketika bermain di kandang. Bahkan kapten Bambang Pamungkas setelah pertandingan lawan PSPS kemarin berharap musim depan Persija bisa tampil sepenuhnya di Jakarta, satu isyarat yang jelas bahwa para pemain sangat merindukan tampil di depan pendukungnya di rumah sendiri.

Persija sendiri memang tidak terkalahkan selama menggelar partai kandang. Total dari 14 partai kandang yang dijalani, Persija menang 10 kali dan sisanya seri. Terusir dari Jakarta sebanyak 5 kali dengan perincian 1 partai di Stadion Jatidiri, Semarang dan 4 partai di Stadion Manahan, Solo. Partai krusial menjelang akhir musim melawan Semen Padang yang harusnya jadi momentum untuk mengunci posisi dua malah harus digelar di luar Jakarta, alhasil Arema berhasil mendekat dan mengalahkan jumlah agregat gol di akhir musim.

Impian untuk tampil di kompetisi Asia jadi terbendung walaupun asa itu tetap ada, dengan catatan jatah wakil dari Piala Indonesia yang urung dilaksanakan tahun ini diberikan kepada tim peringkat tiga ISL. Yang jelas apapun hasil keputusannya nanti, trend positif Persija selama keikutsertaannya di ISL terus menanjak. 2008/2009 peringkat 7, 2009/2010 peringkat 5, 2010/2011 peringkat 3. Jika dicermati, ada kenaikan 2 peringkat tiap tahun. Kalau musim ini Persija ada di posisi tiga, mengikuti trend positif ini amat sangat mungkin kan Persija bisa jadi nomer 1 musim depan? menarik untuk kita tunggu. Terima kasih untuk perjuangannya musim ini.. Persija, kami di sini tetap bangga! ( Ikbal Albar - JO )

DKI Jakarta 484

Apa kabar, Jakarta?
Bagaimana kau habiskan akhir pekan ini?

Apakah benar survey yang dimuat beberapa media online belakangan ini? Berita yang seakan terus menyudutkan di usia – usia dewasamu. Banyak yang bilang, Jakarta kota paling tidak nyaman. Jakarta adalah neraka para pengendara. Jakarta..

Sore tadi, mungkin biasa dijadikan acuan. Acuan bahwasanya berita itu salah besar. Setidaknya mengkonter berita tersebut berasal dari sebagian anak Jakarta. Atau lebih tepatnya, anak dengan mental Jakarta. Bagi kami Jakarta masih menjadi “Ibukota Sebenarnya”. Masih tetap primadona kota terbaik. Biar sampahmu menggunung, biar macetmu membuang waktu. Asalkan masih ada Monas di Pusat Kota. Dan PERSIJA di Liga terbaik Indonesia.

Saye masih heran tak abis pikir. Mereka yang melontarkan hujatan untuk Jakarta, apa tidak pernah merasa berhutang budi? Dan saya yakin sekali, disaat berita – berita itu dimuat. Para wartawannyapun masih sibuk mencari nafkah di Jakarta. Para penyebar linknya masih sibuk menggantungkan mimpi di langit Jakarta. Dan para hedonis manja, masih sibuk membuang waktu di Jakarta.

Billboard bertulisan 484 mungkin hanya pemandangan angka. Mungkin juga tak lebih menarik dari poster “Go A Head”. Di usia Jakarta itu, secara pribadi ada banyak mimpi tersimpan. Mimpi untuk menjadi kota terdepan kembali. Mimpi agar bisa melihat tim terbesar di Indonesia mengangkat piala lagi.

Jakarta, mungkin sore ini hanya PERSIJA yang sanggup menghibur kami. Bukan “Pasar Malam Tahunan” di Kemayoran sana. Pagelaran yang katanya ciri khas Jakarta. Apa dengan ondel – ondel dan kerak telor sebagai jamuannya mampu disebut ciri khas? Tentu saja kurang, disana tidak ada talam bumbu, tidak ada kue timus, tidak ada warna kebesaran tim Jakarta.

Maka biarkan kami terus teriakkan chant – chant khas Jakarta. Jangan usir (kembali) kebanggaan satu – satunya dari Jakarta. Biarlah PERSIJA bermain di halamannya. Kami akan terus bertanggung jawab menjaganya. Asalkan tak ada pengantisipasian yang sangat paranoid. Biar semua berjalan sewajarnya. Hanya dua kali empat puluh lima menit. Dengan sebelas orang berjibaku. Rise Your Glory!

Biarlah kami pulang dengan tertib ketika peluit usai. Karena kenyamanan bukan hanya punya “Penjilat Jakarta” dan para “Selir – Selir Haramnya”. Lihat memori lapangan sepakbola kami, sekarang telah menjadi parkiran mobil – mobil kelas atas para pengunjung bangunan bertingkat. Biarpun gedung itu bukan sepenuhnya untuk kami. Kami tetap bangga, setidaknya pembangunan itu menunjukkan Jakarta Masih Ramah, Bahkan Untuk Para Penghujatnya!! Mungkin ini sedikit berbau chauvinis, atau bodoh. Tapi Saye berharap bisa mati dan terkubur di Jakarta PERSIJA 3 – 0 PSPS. (If Then Else.end) (Saif-JO)

Dan, Batavia Pun Berpesta di Tahun 1938

Saya akhirnya menemukan fakta menarik, dimana dalam beberapa sumber menyebutkan kompetisi PSSI pada tahun 1938 jatuh ke tangan Solo (Persis) tetapi dalam susunan Wikipedia juara ada tahun itu direbut oleh VIJ (Persija). Jelas kesimpangsiuran ini menimbulkan kebingungan, dan saya sedikit bertanya-tanya ada apa ditahun 1938.

Fakta menarik tersebut saya dapatkan dari koran yang bisa dibilang sudah sangat tua dan rapuh, sehingga untuk membalikan halamannya saja agak sedikit hati-hati kalo tidak mau robek secara ber-class, ya Koran itu bernama Sin Po, Koran tua dengan pasar pembaca tionghoa termasuk Koran yang sangat berpengaruh di Ibukota dan Surabaya (di Surabaya hadir dengan nama Sin Tit Po). Awalnya saya mengira Koran ini pro terhadap Belanda, terbukti dengan berita yang selalu berat ke VBO (Voetballbond Batvia Omstraken). Dimana kompetisi VBO selalu menjadi berita di rubrik sport, tetapi diam-diam saya menemukan berita tentang VIJ, yah walaupun kecil , itu sudah membuat saya senang.

Selain VIJ, adapula berita tentang timnas kita yang menjadi Negara asia pertama yang berlagai di Piala Dunia 1938 lengkap beserta foto. Hindia Belanda saat itu diwakili oleh orang-orang yang bernaung di bawah bendera NIVU. Ini yang membuat PSSI semakin membenci NIVU lantaran NIVU menipu PSSI. Ya tentang pengiriman tim ke piala dunia memang seharusnya ditentukan dengan pertandingan antara PSSI melawan NIVU yang pemenangnya berhak mewakili Hindia Belanda ke Piala Dunia, NIVU nampkanya mencium gelagat pembangkangan dari PSSI, takutnya di Piala Dunia nanti, PSSI mengibarkan panji semangat nasionalisme dalam diri Indonesia bukan Hindia Belanda yang menjadi Negara satelit dan jajahan kerajaan Belanda.

Oke balik lagi yuk ke VIJ sebagai cikal bakal Persija nantinya. Yap, sumber yang saya temukan sangat fix, bila dulu saya mendapat sumber dari tangan kedua, maka hari ini saya mendapatkan sumber dengan mata kepala saya sendiri. Awalnya saya hampir menduga bahwa memang benar bukan VIJ juaranya, dimana semifinal VIJ sudah bertemu Surabaya (Persibaja) terlebih dahulu. Ini sangat tidak sesuai dengan sumber yang banyak menyebutkan VIJ juara setelah mengalahkan SIVB dengaan skor 3-1 di final, nah itu memang terjadi tetapi bukan di kompetisi PSSI tahun 1938, itu terjadi di kompetisi NIVU, VBO berhasil mengalahkan SIVB dengan skor 3-1. Dari situ saya mencoba terus mencari artikel di Koran itu tentang final Kampeonturnoi PSSI dan hasilnya..eng..ing..eng.. yaaa VIJ berhasil mengalahkan Solo (Persis) dengan skor 3-1.

Artikel yang saya liat sendiri adalah fix dan berhasil mematahkan kegalauan saya tentang kompetisi tahun 1938 ini, bila kemarin-kemarin saya sempat berfikir Persija hanya juara 8 kali kompetisi PSSI maka sekarang saya sudah nyaman dengan 9 kali juara kompetisi tertinggi di Indonesia ini, plus satu kali juara Liga Indonesia tentunya, He..he..

Itu memang masa lalu, masa lalu yang membuat saya tertarik. Faktor Persija yang membuat saya ingin mengenal tim ini secara lebih dekat. Bila para hooligan, ultras bahkan para fans biasa saja bisa mengenal sejarah klub mereka, saya juga ingin mengenal sejarah panjang sebuah perkumpulan yang bahkan lebih besar dari sekedar klub, Tim Persija.

Besar karena Persija mengayomi beberapa klub yang ada di Jakarta, besar pula karena banyak pemain hebat dan gelar-gelar fantastis yang lahir dari tim ini. Apakah kita mengenal semua-semua dari mereka? I don’t think so..

Bila banyak dari orang lain yang memandang sinis dengan sejarah ataupun masa lalu, wajar saja. Karena kelemahan bangsa ini adalah penghilangan sejarah untuk membuat sejarah baru yang mungkin beberapa tahun kedepan akan hilang dan digantikan sejarah baru. 1938 adalah bukti, hilangnya sejarah atau kesimpangsiuran sejarah membuat saya sebagai pecinta Persija merasakan kegalauan yang luar biasa. Beruntung masih ada arsip tersimpan rapi di lantai 7 di gedung perpustakaan yang sangat sepi pengunjung, dari lantai ini saya merasa kembali terbang ke tahun-tahun itu, ikut merasakan sukses VIJ (Persija) yang mungkin orang-orang pada tahun itu tidak memikirkan begitu susahnya menemukan kembai arsip, dokumantasi dan data jerih payah mereka dalam menghadirkan gelar ke tanah Ibukota. ( GRY-JO )

V.I.J (PERSIJA) 3-1 Solo (Persis), di Sriwedari Solo

Gol VIJ : Soetjipto, Iskandar, Soetarno

Susunan Pemain V.I.J tahun 1938 :

Roeljaman; Moh. Saridi, A. Gani; Djaimin, Moestari, Soemarno; Soetarno, Soetjipto, Soetedjo; Iskandar, Oentoeng.

*sumber : Koran Sin Po 10 Juni 1938

Senin, 20 Juni 2011

Selamat Ulang Tahun “JAKARTA KOTA GUE” 484 th

” Memahami Kota Jakarta dengan segala kompleksitas permasalahannya, dengan keanekaragaman suka dan ras nya serta populasi penduduk yang padat tentu tidak sederhana, apalagi jika beban itu dipikul oleh Jakmania yang hanya organisasi (hobby) supporter tentu bukan kapasitasnya untuk memahami Kota Jakarta.

” Banyak orang mencoba memahami Kota Jakarta dengan caranya tersendiri, bagi sebagian orang, Kota Jakarta hanya dijadikan sebagai tempat persinggahan, sebagian orang lagi berpandangan Kota Jakarta adalah sebuah pengharapan masa depan, tidak sedikit juga yang memahami Kota Jakarta sebagai kota yang tidak ramah untuk mereka yang miskin dan tidak punya uang, sementara sebagian orang tertawa terbahak – bahak sambil berkata Kota Jakarta adalah ‘Surga’.

” Persetan dengan itu semua ! Kota Jakarta dengan menbusung dada terus berlalu, meninggalkan banyak catatan prestasi juga catatan kelam. Jakarta terus bergerak mencari jatidirinya walau langkah itu tertatih. memulai dengan semangat untuk menjadi Kota Clean dan berlanjut menuju Kota Green dan sekarang bertahap menapaki untuk Kota Modern.

” Penduduk Jakarta, yang menurut catatan badan sensus penduduk, jumlah penduduk Kota Jakarta pada siang hari mencapai 8.522.589 Juta orang, sedangkan pada malam hari mengalami penurunan sekitar 5 juta orang, ini disebabkan karena pada malam hari sebagian penduduk Jakarta kembali kerumah yang berlokasi di daerah – daerah penyangga Jakarta (Tanggerang, Bekasi, Depok, Bogor)

” Diantara 8.522.589 penduduk Jakarta, ada sekelompok anak muda yang menamakan dirinya The Jakmania, yang berdiri pada tahun 1997 dan sekarang memasuki usia 13 tahun sejak berdiri, memilih caranya sendiri untuk memahami Kota Jakarta. mereka menetapkan Sepakbola (pendukung PERSIJA JAKARTA) sebagai pilihan media untuk ekspresikan diri terhadap Kota Jakarta.

” Berawal dari kesamaan minat dan hobby akan sepakbola, mereka mendirikan organisasi yang bernama The Jakmania yang merupakan akronim dari kata ‘Jakarta’. Jumlah mereka tidak lebih dari 40 orang saat awal berdiri dan sekarang jumlah keanggotaan Jakmania yang tercatat resmi tidak kurang dari 80 ribu orang, jumlah yang tidak sedikit untuk sebuah organisasi Hobby.

” Pencapaian angka keanggotaan tersebut diperoleh dalam kurun waktu 13 tahun, waktu yang cukup memadai dan trennya pun terus mengalami peningkatan jumlah keanggotaan, tentu hal ini bukan sesuatu yang biasa, sekelompok anak muda dengan tingkat emosional yang belum stabil, serta produktifitas mereka, tentu tidak dapat dipandang sebelah mata, konsolidasi mereka melahirkan slogan – slogan yang menjadi roh dari prgerakan organisasi mereka


semisal ‘ PERSIJA AMPE MATI ‘ ‘JAKARTA KOTA GUE’ ‘ SATU JAKARTA SATU ‘ slogan – slogan ini mengikat diantara mereka secara emosional dan perilaku militan tercipta.

” Kini Jakmania menjelma sebagai Identitas Sosial, mereka digandrungi oleh banyak kalangan muda yang haus akan aktualisasi diri, dan mereka juga punya penilaian terhadap Kota Jakarta seperti kebanyakan orang juga. Yang membedakan Jakmania dengan yang lain adalah, mereka dengan kesadaran berkelompok, bekerja membangun wadah bagi mereka semua aneka suku dan ras untuk berusaha memahami Kota Jakarta yang mereka tinggali, Jakmania menjadi tempat yang netral untuk siapa saja walau berbeda suku dan ras, oren sebagai warna pemersatu diantara mereka.

” Jakmania bisa menjadi ‘Ancaman’ bisa juga menjadi ‘Kekuatan’ pertumbuhan Kota Jakarta, dengan Potensi Sosial yang memadai, kelompok ini sesungguhnya memiliki kesempatan yang baik untuk ikut membangun pertumbuhan Kota Jakarta. mengingat Jakmania memilki nilai yang sudah kadung sebagai ikatan emosional dan menciptakan perilaku militan dengan slogan – slogan nya, ini nilai lebih yang dimiliki Jakmania.

” Tinggal kita semua ingin memandangnya dari sudut mana ? apakah sudut pandang ini adalah ‘Ancaman’ atau ini adalah ‘Kekuatan’ ?

” Akhirnya semua kembali kepada kita sebagai pelakunya, kami The Jakmania sejak awal berdiri sudah menetapkan bahwa sepakbola adalah media kami untuk mencintai Kota Jakarta, sepakbola mampu membuat kemungkinan – kemungkinan, bahkan pada menit – menit terakhirpun sepakbola masih mampu berikan kejutan !

” Yang kami butuhkan adalah PERHATIAN ! PERHATIAN ! PERHATIAN ! dan APRESIASI POSITIF dari Masyarakat dan Pemerintah DKI JAKARTA… kami berHAK atas KESEMPATAN

Satu Jakarta Satu – Jakarta Kota Gue – Persija Ampe Mati

* SELAMAT HUT KOTA JAKARTA KE 484 *

dari kami ” KELUARGA BESAR JAKMANIA “

Jumat, 17 Juni 2011

Supporter Sepakbola ; Dalam Belek, Sampai Kunci Master Ruangan Bapak Gubernur

Apa kabar, Kawan? Kabar yang sepertinya tak patut lagi kita pertanyakan. Karena sepertinya kabar hari ini adalah pengulangan kabar – kabar satu windu lalu. Ya..masih dengan harapan dan upaya, agar semuanya membaik dan sesuai rencana bukan?? (Hehheheh..kata – kata pembukanya terdengar sangat pragmatis ya? Seperti selembaran era gelap suatu system)
Langsung aja ya..karena saye yakin, kawan – kawan tidak punya banyak waktu membaca hal yang (menurut saye) tidak penting ini. Tahan sedikit kursor diujung telunjukmu, baca dahulu lebih dalam sebelum kau mengarah ke tanda silang (x) dipojok kanan atas itu.
Isi tulisan ini adalah pandangan pribadi saye aja, tidak mewakili suatu bentuk apapun. Dan jika ada orang yang merasa “tersentil” berarti anda baru saja masuk ke gerbang permainan diskusi “smoking area”.
Dalam judul diatas, mungkin menggambarkan supporter secara keseluruhan, dan bukan hanya di Jakarta saja. (tapi ga sampe lintas benua koq. He8x). Kenapa harus supporter? Kenapa hanya di Indonesia? Jawabannya adalah : Karena ini forum supporter yang pake bahasa Indonesia.

Supporter dalam belek, disini adalah secara bahasa belek = kotoran mata. Jadi secara kiasan adalah fase dimana supporter yang sangat merusak mata. Mata siapa? Mungkin juga di mata supporter itu sendiri. Ketika ribuan masa mengenakan atribut kebesaran tim yang mereka bela. Menyanyikan lagu berirama kemenangan. Menabuh genderang perang di lapangan. Hingga semuanya terlihat lepas kendali dan tidak bertanggung jawab. Semuanya terlihat menyebalkan. Bahkan bagi sebagian supporter itu sendiri. Apalagi orang yang sudah alergi mendengar kata “supporter”. Apakah kita pantas disebut belek?

Masuk satu tinggat lagi, dalam fase supporter. Ketika media – media sibuk membeberkan tingkah “tengil” kita. Tapi disisi lain, mereka sangat mengejar – ngejar kita untuk menaikkan rating acara, promosi program baru, atau apapun namanya. Yang penting ketika mereka datang membawa tawaran itu, kita hanya menerimanya sebagai “kesempatan untuk lebih dikenal”. Tapi hanya sedikit dari kita, yang memberikan tawaran untuk mengendalikan isi acara tersebut secara nilai – nilai “kesupporteran”. Maksud saye, bukanlah hal yang dipandang secara materil. Walau memang ketika tawaran itu datang dari mereka, mereka juga menawarkan materil yang secara kolektif lumayan besar (tapi mereka juga minta, yang dateng juga banyak..yah, impas dah. He8x)
.
Untuk dua fase diatas, dalam waktu beberapa minggu kebelakang memang tak terdengar di Ibukota. Ya, terkesan Ibukota tampak nyaman tanpa adanya pertandingan. (Gimane mao kedengeran, maennye aje berkilo – kilo meter jauhnya dari Jakarta. He8x)
Fase tertinggi adalah fase Master Key atau Kunci Master dalam ruangan Gubernur. Loh, apa korelasinya? Dimane nyambungnye? Sepertinya kawan – kawan sudah tak perlu lagi melontarkan pertanyaan – pertanyaan diatas. Ingat beberapa tahun lalu. Ketika kita sangat mengelu – elukan (bukan menggue – guekan) calon – calon pemimpin tertinggi di Ibukota. Mereka yang dengan fasih berbahasa Jakmania, mereka yang telah terlihat nyaman dengan kaos oranyenya.. loh kenapa mereka? Kan orangnya satu. Mereka adalah kata ganti untuk orang besar, atau orang yang sewajarnya besar.

Hingga pada malam sabtu kemarin, akhirnya saye dan salah seorang saudara membahas satu akun twitter yang sangat hyperaktif membalas mention – mention yang masuk ke akunnya. Memang awalnya terlihat ramah, apalagi pribadinya (secara pribadi juga) saye anggap baik, dan patut dicontoh. Tapi hasil pembahasan jam dua malam itu, mecerahkan isi kepala kita, bahwasanya harus lebih hati – hati dalam menyikapi isu – isu dalam akun tersebut. Dan (mungkin) beliau memerlukan jasa “Persija Lovers” sebagai jalan mulus tanpa hambatan menuju gerbang gedung Balai Kota.

Sepertinya memang tulisan ini harus berhenti. Tapi pemikiran dan sikap kita harus lebih deras dari niatan mereka. Menjelang saye mengklik tanda silang diatas (x). Apabila tulisan ini dianggap pantas masuk kedalam suatu halaman digital. Maka biarlah ini menjadi salah satu jembatan diakhir.org. dan diawal .asia.
Jadi berape, Mpok? Nasi ulam sama bakwannye dua? (if then else.end)- Saif-JO

Selasa, 14 Juni 2011

KEMENANGAN PERSIJA DI SIDOARJO

Kami segenap The Jakmania REPUBLIK KEBON JERUK merasa bangga atas perjuangan tim PERSIJA dengan kemenangan laga tandang melawan Deltras di Std. Gelora Delta, Sidoarjo dengan skor (1-2).

Dengan semangat yg membara seorang Greg Nwokolo di menit ke 5 sudah berhasil memberikan keunggulan sementara untuk Persija. namun di menit ke 26 Deltras menyamakan ke dudukan menjadi imbang lewat tendang 12 pas , di babak ke 2 Deltras membuat kesalahan di dalam kotak pinalty dengan eksekusi dingin dari Agu Casmir bisa menceploskan bola ke gawang Sidoarjo .
kemudian di menit menit akhir Deltras kembali mendapatkan hadiah pinalty.
Hendro Kartiko penjaga gawang Persija masih mampu menahan tendangan pinalty dari pemain Deltras Sidoarjo, betapa senangnya semua tim Persija dan The Jakmania dengan skor akhir (1-2).
tunggu pertandingan selanjut nya (Persija Jakarta vs PSPS Pekan Baru) di Std. Gelora Bung Karno, Senayan - Jakarta.

R.K.J for PERSIJA !

Minggu, 12 Juni 2011

Saya Jawa Berdarah ‘Oren’

Ungkapan pertama orang-orang yang Saya temui adalah “Mbak ini pasti Orang Jawa ya?”. Saya akui, meskipun sudah hampir 3 tahun hidup di Kota Oren, aksen Jawa masih sangat kental di lidah Saya. Biasanya itu disebut medhok atau ngapak. Saya lahir dan besar di salah satu Desa kecil di Kota Cilacap bagian Barat (Jawa Tengah), kota yang juga penyebab lidah Saya fasih sekali mengucapkan enyong (Saya) dan dhalem (Ya) itu. Kota yang juga mempunyai team Sepakbola yaitu PSCS (Divisi Utama), sebuah team Sepakbola pesisir Selatan Pulau Jawa yang didirikan jauh sebelum Saya lahir (tahun 1970) dengan supporter fanatiknya Laskar Nusakambangan (LANUS). Cilacap juga Kota dimana Saya dulu mempunyai sebuah mimpi, rasanya ingin sekali melihat pertandingan Persija langsung di Stadion. Sebuah team Sepakbola Jakarta yang amat Saya kagumi saat itu (tentu saja sampai sekarang). Alhamdulilah mimpi itu terwujud meskipun terlambat.

Akhir tahun 2009, tahun dimana pertama kali Saya bersama kedua teman Saya menonton pertandingan Persija live di Stadion Gelora Bung Karno, saat itu pertandingan Persija vs Pelita Jaya (20 Des 09) dengan skor akhir seri 1 – 1, meskipun kecewa Macan Kemayoran gagal raih point 3 tetapi Saya bahagia karena terkabulnya mimpi Saya itu ditambah lagi bisa melihat Bambang Pamungkas mencetak gol. Kebahagiaan yang berlipat ganda, bahkan setahun setelahnya Saya bisa bergabung dengan komunitas pecinta Persija dari kalangan pekerja dan profesional yaitu JaKantor Community. Dengan bergabungnya ke dalam komunitas tersebut, Saya banyak belajar menjadi Supporter yang dewasa dan tertib. Meskipun Saya mencintai Cilacap dengan pantai dan keindahan alamnya namun untuk sebuah kecintaan team Sepakbola Saya sudah terlanjur jatuh hati dengan Persija.

Entah apa yang membuat Saya tertarik dengan Persija, Saya bukan asli Jakarta dan tidak hafal history dibalik terbentuknya Persija, dulu mungkin karena Saya suka sekali melihat Bambang Pamungkas bermain bola dan terpesona oleh permainannya yang cantik. Namun jika harus menjelaskan secara detail, maaf kecintaan Saya terhadap Persija memang tidak cukup hanya diungkapkan dengan kata-kata. Entah sampai kapan ‘Darah Oren’ ini akan terus mengalir dalam tubuh Saya, dalam tubuh Perempuan Jawa. Mungkin seperti yang orang-orang (Jakmania) bilang kebanyakan, mencintai Persija Sampai Mati.

We are Loyalis Not Pemanis

Memasuki tahun 2007,sepakbola Indonesia memasuki masa transisi dari tradisional ke semi industri. Titik baliknya adalah ketika Piala Asia 2007, Timnas seakan menjadi magnet bagi masyarakat Indonesia. Memang di partai perdana melawan Bahrain stadion GBK masih terlihat lenggang, namun pada partai kedua barulah terlihat sesak.
Salah satu indikator bahwa sepakbola masuk ke dalam industri yaitu banyaknya perusahaan yang menjadi sponsor dalam event atau terhadap sebuah klub, disamping itu banyak perusahaan menggunakan pemain sepakbola sebagai endorser dalam kegiatan brandingnya. Bisa kita lihat saat itu banyak pemian Timnas yang menjadi endorser di baliho-baliho milik perusahaan sport ternama..

Seperti kita ketahui segmentasi utama penonton sepakbola adalah kaum adam, namun fenomena yang berkembang sejak Piala Asia 2007, sepakbola juga menjadi konsumsi kaum hawa. Terlepas Selain sponsorship, indikatornya adalah perluasan segmentasi konsumen dalam hal ini supporter sepakbola dari faktor apa yang mendorong kaum hawa datang ke stadion, namun kita patut memberikan apresiasi karena sepakbola nasional mengalami transisi ke arah yang lebih baik.
Lalu apa hubungannya dengan Persija dan Jak Mania. Permainan ciamik Bambang Pamungkas ketika Piala Asia 2007 merupakan salah satu faktor yang membuat semakin bertambahnya deretan Jak Angel. Hal ini juga diperkuat oleh brand personality Bambang Pamungkas yang bisa menempatkan dirinya sebagai atlit dan publik figure, sehingga membuat banyak wanita khususnya ABG menjadi terkagum dan ingin melihat sosok BP lebih dekat, yaitu dengan menonton Persija. Namun bila membuka buku catatan harian Jakmania, eksistensi Jak Angel sudah terlihat sejak Jakmania berdiri. Bahkan menurut Saya regenerasi Jak Angel sudah berjalan dengan baik karena mereka datang silih berganti.

Suatu hari,tepatnya hari minggu beberapa tahun yang silam. Di dalam bus mayasari bakti yang berjalan pelan di depan markas Kodam Siliwangi, Saya melihat seorang wanita menangis dan mau pingsan karena syok mendapat serangan dari oknum berbaju biru (bukan tetangga sebelah ya,) dan tidak bisa menyaksikan Persija berlaga. Di hari itulah Saya melihat eksistensi seorang Jak Angel dan Jak Angel tersebut yaitu Mba Temmy JM. Peristiwa itu terjadi ketika Tour Jakmania ke Bandung tahun 2001 ( Saat itu Jakmania dan *I*I*G belum bertikai)

Beberapa bulan setelah peristiwa itu, di suatu sore, Gw membeli sebuah tabloid olahraga yaitu G.O. Setelah membuka halaman per halaman, Gw mendapati satu halaman full yang berisi foto liputan. Dari beberapa foto tersebut, ada sebuah foto dimana di dalamnya ada seorang wanita yang menggunakan baju kebesaran Jakmania di koa Makasar bersama sang suami dan orang itu adalah Istri Bang Jawil Korwil Cipinang (Mpok Lucy) yang ikut mendukung Persija ke Makassar dalam 8 besar liga Indonesia VII. Oh ya ada juga poto Bang Bapuk lagi masak di depan tenda hehehehe. Beliau juga hadir saat Jakmania hadir di Jalak Harupat beberapa tahun silam dan tentunya bersama suami tercinta yaitu Bang Jawil.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan Tahun berganti Tahun. Pada suatu hari saat Persija berlaga di GBK, Gw melihat sekumpulan anak The Jak pada anteng banget pas lagi istirahat. Ga kaya biasanya yang sibuk nyariin tukang lontong, tukang tahu sampe tukang air, mereka pada anteng makan lontong, dan jajanan kecil lainnya. Perasaan Gw belum ada pengusaha tahu sama bacang yang lewat, tapi kok udah pada makan ya ? Apa pada bawa bekel ? ah gak mungkin orang sebanyak ini banyak bekel yang samaan. Ternyata eh ternyata ada seorang Ibu yang dengan semangatnya membagikan makanan kepada anak-anak The Jak tanpa rasa pamrih. Sejak saat itu Gw baru tahu kalo ada seorang Ibu-ibu yang cinta sama Persija dan juga cinta sama anak-anak The Jak. Ibu itu adalah Mami Jatipadang yang selalu membawa makanan banyak bersama putri-putrinya.

Kini, Gw melihat seorang Jak Angel yang dibilang loyal sama Persija yaitu Nunung Jak Kemayoran. Kalo kebanyakan Jak Angel datang ke stadion untuk melihat bintang idola nya kaya BP, tapi seorang Nung malah memilih untuk membelakangi lapangan hanya demi memimpin temen-temen The Jak.
Ada pepatah mengatakan “Kesuksesan Lelaki Tidak Bisa Dilepaskan dari Wanita Yang Ada Di Belakangnya” Kadang Gw melihat ungkapan itu adakalanya benar. Kehadiran Jak Angel bisa menjadi pengontrol atau penyemangat tersendiri bagi seorang Jak Mania. Contohnya Bolenk Barrabravas Manggarai. Sejak kenal yang namanya Cewek, dia mengalami perubahan ke arah yang lebih positif misalnya kagak berantem, bisa ngontrol diri saat nonton Persija. Hal itu tidak lepas dari peran seorang Jak Angel yang bernama Ibeth Gendut.

Seperti yang Gw bilang di atas Jak Angel datang silih berganti. Saking banyaknya Gw lupa nama, bukannya mau ngelupain ya .Masih banyak yang belum kesebut atau belum diceritakan seperti Yanti, Dina dan Risty Tongkang, Detri dan Mba Katrine serta dayang-dayang Jati Padang, Mba Antik Kemayoran, Renny Tebet, Bela dan Eka Manggarai, Mba yang dari kalipasir lupa namanya siapa, Yanti Jak Bandung, Hilda, dan yang lainnya. saking banyaknya Gw lupa nama, bukannya mau negelupain ya..

Beberapa kisah di atas hanyalah sepenggal kecil sejarah tentang loyalitas seorang Jak Angel dalam mendukung Persija. Setidaknya dengan membaca cerita di atas Gw berharap temen-temen Jak Angel lainnya khususnya yang biasanya cuma joget di atas metro mini, mejeng dengan baju seksi, mojok sama pacar di bawah pohon dan yang cuma tawaf muterin senayan bisa terketuk hatinya dan menyadari bahwa kalian adalah “LOYALIS BUKAN SEKEDAR PEMANIS BERBAJU ORANGE” .Belajarlah untuk menghargai diri sendiri sehingga orang tidak akan memandang sebelah mata dan kredibilitas sebagai Jak Angel bukan dilihat dari kecantikan atau keseksian, tetapi dari loyalitas.

Tulisan ini hanya curahan pemikiran Gw agar Jak Angel tidak dianggap negative oleh berbagai kalangan. Maaf kalo ada kesalahan dan ada yang kurang berkenan dengan tulisan ini.
*note : tambahan dari Jak Online : Salut untuk Aina Rahma, cewe pertama yang bergabung di Jak Online, yang kemudian diikuti oleh beberapa Jak Angel yang bergabung selanjutnya di Jak Online

Kamus :
Endorser : Bintang Iklan
Transisi : Perubahan
Branding Personaliity : Pencitraan Diri / Penggambaran Diri
Kredibilitas : Kecakapan
Branding : Pencitraan
Segmentasi : Pengelompokkan

Oleh Adji Barrabravas Manggarai
Powered by Blogger