Selasa, 10 Mei 2011

Gaya Bermainnya Cerminan Filosofi Hidupnya (Leo Saputra)

Tak kala hampir semua Jakmania/Pecinta Persija mengidolakan B 20 P, Ismed Sofyan, Greg Nwokolo, tetapi di hati gw ada seorang pemain Persija yang setiap bertanding selalu memunculkan emosi dalam diri gw untuk selalu mensuport nya dari tribun. Seiring dengan berjalan nya waktu semakin lama semakin gw suka terhadap pemain Persija tersebut walaupun diri nya bukan lah pemain bintang tetapi selaku masuk line up pelatih dan bahkan selalu bermain di partai-partai besar yang dihadapi Persija. Gw selalu berteriak untuk diri nya dari tribun sebagai penyemangat untuk terus menjaga sisi kiri pertahan Persija agar tidak bisa di tembus oleh lawan. Apalagi disaat pemain tersebut terjatuh di jegal oleh lawan gw selalu berteriak lantang "LEO bangun..........." Itulah Sang Pemain idola gw Leo 23 Saputra anak pangkal Pinang yang lebih betawi dari orang betawi. Banyak yang bertanya sama gw terutama temen-temen dari Jakantor Community kenapa si lo begitu mengidolai Leo 23 Saputra ? haha...gw cuma bisa tertawa dan tersenyum dan hanya hati gw yang bisa menjawab nya.

Berawal dari tugas pelajaran Bahasa Indonesia untuk murid-murid gw tentang bagaimana caranya mewawancarai tokoh atau idolanya. Terlintas dalam pikiran gw untuk membuat contoh model wawancara buat murid-murid gw, bagaimana kalo Leo 23 Saputra aja yang gw wawancara. Tapi gw berpikir kembali gimana cara nya???

Gw teringat ucapan dari rekan gw Oren Barat,"kalo lo mau ketemu Leo coba hubungi Adzani Alwianto". Ternyata Pucuk di cinta ulam tiba, gw bertemu Adzani di tribun VIP saat partai Persija Vs Persipura. Langsung gw utarakan niat gw tersebut dan alhamdulilah Adzani merespon dengan baik. Maka gw atur janji sama Dzani dan kata nya Leo 23 Saputra bersedia. Gw seneng bukan main. Awal nya Selasa malam tanggal 5 April mau berkunjung ke rumah Leo 23, ternyata esok hari nya Persija akan bertanding melawan Persiwa takut mengganggu waktu istirahat Leo 23 maka Dzani merubah nya menjadi Senin malam tanggal 4 April. Kemudian kami janjian di depan Carrefour Permata Hijau bagda Maghrib. Ternyata bukan gw dan Dzani yang bersiap berangkat ke rumah Leo 23 tetapi rekan Tonank Ari, Hafiz dan Aryz turut menemani perjalan gw dan Dzani. Sebelum nya Dzani sudah menelpon Leo 23, di karenakan Leo 23 harus ada pertemuan dengan pelatih untuk membahas strategi menghadapi pertandingan esok lusa. Kami putuskan makan malam bersama di warung pecel lele di sekitar rumah Leo 23. selesai santap malam kami langsung menuju ke kediaman Leo 23. Dalam benak sempat muncul perasaan ga enak karena Leo 23 belum tiba di rumah masih dalam perjalan dari mes Ragunan. Di rumah hanya ada Mba Dinie istri dari Leo 23 dan putri nya yaitu Cleo dan Quinta. Tak lama berselang pintu di buka oleh Cleo dan Mba Dinie pun turut keluar menyambut kedatangan kami kemudian mempersilahkan masuk. Awal nya gw merasa tak enak hati, karena takut mengganggu waktu istirahat dan privasi Mba Dinie beserta 2 orang putri nya yang cantk dan imut itu. Ternyata semua perasaan gw yang ga enak itu berubah menjadi 180 derajat, hal itu disebabkan karena Mba Dinie begitu wellcome dengan kedatangan gw dan temen2 lainnya.

Dzani yang memang sudah bagaikan keluarga sendiri bagi Leo 23 dan keluarga dengan asik bercanda dengan Cleo dan Quinta. Sambil menunggu Leo 23 dari Ragunan, di isi dengan obrolan ringan kami dengan Mba Dinie seraya menghidangkan makanan dan minuman. Tak lama berselang Leo 23 tiba di rumah beserta Phei dan Mas Dipo.Setelah memasukkan mobilnya kedalam garasi Leo 23 bergegas turun dan menyambut kami yang sudah menunggu.

Tanpa harus istirahat sejenak minimal berganti baju apalagi mandi Leo 23 langsung bergabung dengan kami dan Mba Dinie dalam obrolan ringan malam itu. Leo 23 sudah tau maksud kedatangan kami terutama saya. Tapi gw bilang “ Tar aja Bang wawancara nya…..”. Dimulailah obrolan yang makin lama makin seru ini seputar Persija, karir Leo 23 dan pengalaman-pengalaman nya selama menjadi pemain sepakbola profesional. Di dinding rumah terpampang beberapa foto Leo 23 bersama skuad Persija. Ada satu foto saat Leo masih memperkuat Sriwijaya FC beberapa tahun silam. Yang bikin gw tambah bangga dan salut dalam foto itu di tangan nya tersemat ban kapten Sriwijaya FC pada saat itu. Lalu gw bertanya kepada Leo 23 “ Bang berarti elo kapten ke -3 Persija ya?” Leo menjawab “ Iya kalo BP sama Ismed ga ada”. Sontak kami semua tertawa terbahak. Leo bilang “dulu gw kapten sekarang gw kopral lagi”. Kami tertawa terbahak lagi mendengar jawaban dari Leo 23. Itulah Leo 23 ucapan-ucapan yang terlontar dari mulut selalu ceplas-ceplos penuh tawa dan apa adanya.

Upss hampir gw lupa akan tugas wawancara. Kemudian gw ambil bahan wawancara nya yang memang sudah dipersiapkan dari rumah. Leo 23 menjawab semua wawancara tersebut dengan santai tap serius. Ternyata karir sepakbola profesional nya berawal dari klub Pelita Jaya. Setelah wawancara obrolan pun kembali berlanjut sambil kami menikmati minuman dan makanan yang dihidangkan. Mba Dinie membuatkan jus jambu. Dan pada akhir nya muncul pertanyaan yang menggelitik dari rekan Hafiz kepada Leo 23. “Bang kalo ada tawaran dari Persib giman?”. Leo 23 menjawab dengan ringan, “Kalo Persija masih butuh tenaga gw, gw siap kapan pun buat apa gw main jauh-jauh, tapi kalo Persija udah ga butuh tenaga gw lagi dan ga ada opsi lain apa boleh buat, karena dapur keluarga harus tetap ngebul “. Jawaban yang logis dan masuk akal dari Leo 23, karena selain diri nya masih ada tanggung jawab yang dipikul untuk keluarga. Gaya bermain nya yang simple dan taktis namun lugas mencerminkan filosofi hidupnya yang apa adanya dan ga neko-neko. Leo 23 mengatakan masih banyak pemain yang lebih bagus dari diri nya tapi tak semua bisa bermain di tim besar apalagi tim sebesar Persija, hal itu disebabkan karena faktor nasib. Leo 23 bersyukur kepada Sang Pencipta karena diri nya di berikan nasib dan peruntungan yang baik sehingga bisa menjadi seperti sekarang ini. Itulah sosok pribadi Leo 23 sesungguhnya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 dan kami pun tak mau menggangu istirahat Leo 23 dan keluarga lebih lama lagi. Sebelum pamit dan pulang Mas Dipo mangajak kami foto bersama. Kesempatan ini ngga gw lewatin begitu aja dan Leo 23 pun dengan senang hati berfoto bersama kami. Alhamdulilah kesampaian juga bertemu dengan pemain idola gw. Terima kasih buat Leo 23 dan Mba Dinie atas waktu dan jamuan nya. Bravo L 23 S….

Ismed Sofyan, Jawara Free Kick

Sosok pendiam ini adalah jantung pertahanan dari tim Persija Jakarta. Peran Ismed Sofyan sungguh vital dan kunci utama permainan Macan Kemayoran. Dijuluki sebagai Spesialis free kick karena dapat menentukan ti­ming yang tetap dalam eksekusi bola mati. Ismed Sofyan ibarat ‘Leonardo da Vinci-nya se­pak­bola’ karena permainannya yang inventif.


Ismed Sofyan adalah pemain bertalenta dan bermasa depan cerah. Ter­lahir di Aceh 28 Agustus 1979. Dia memulai ka­rir sepak bolanya di klub Persiraja Banda Aceh. Selanjutnya Ismed Sofyan pindah ke klub Persijatim dan di tahun 2002 ia mulai berkarir bersama Persija Jakarta sampai sekarang.

Di Persija, Ismed berperan ‘meng­arah­kan’ permainan tim. Kola­borasinya dengan M. Ilham dan Bambang Pamungkas menjadi trio mematikan di tim berjuluk Macan Kemayoran.

Dia ada­lah spesialis free kick yang me­lahirkan banyak gol dari bola mati. Tak hanya itu. Bola free kick-nya selalu meluncur in­dah. Bila Ismed berlatih ten­da­ngan bebas, pemain lain akan berhenti sejenak hanya untuk tidak melewatkan ke­sempatan menyaksikan keindah­an Ismed saat mengambil free kick.

Kalo Bukan Kita Siapa Lagi ? Kalo Bukan Sekarang Kapan Lagi ?

Nonton bola, memang bukanlah suatu kewajiban. Bahkan untuk sebagian orang nonton bola itu sama dengan buang-buang waktu. Boro-boro dateng ke stadion nonton secara langsung, Duduk manis di layar kaca aja males. Jangankan nonton klub-klub Lokal, nonton klub-klub eropa yang lebih elit aja ogah.

Tapi buat Jakmania, nonton Persija itu wajib, minimal Sunnah. Kenapa? karena Jakmania tugasnya cuma Satu DUKUNG PERSIJA! Dimanapun, Kapanpun, dalam liga Apapun.

Jadi gak heran kalo dateng nonton ke stadion, memberikan dukungan penuh,atraksi heboh, dan beli tiket itu adalah hal-hal yang harus dikerjakan sama Jakmania.

Pengurus Pusat, Korwil dan Komunitas itu hanyalah fasilitator. Jangan jadikan mereka patokan. Jangan karena Pengurus Pusat gak becus jadi berenti dukung Persija, jangan karena Korwilnya bubar gak mau lagi nonton Persija, dan Jangan karena Komunitasnya pindah haluan kita juga pindah dukung tim lain.

Inti dari Jakmania itu satu PERSIJA JAKARTA. Bukan pemain, bukan pelatih, bukan manajer tapi Klub.

Please, Jadilah Jakmania yang punya prinsip, Jadilah Jakmania yang setia, Jadilah Jakmania yang cerdas. Jangan mau di pecah belah oleh provokator yang tidak menyukai keberadaan Jakmania.

No Rasis No Anarkis, Dukung Selalu Persija dengan cara-cara yang Smart dan Kreatif maka kita akan merajai ranah Supporter Indonesia. Ayo Dukung Persija Sepenuh Jiwa, Kalo Bukan Kita, Siapa Lagi??? dan Kalo Bukan Sekarang, Kapan Lagi??!!!!

Masa Bodo Dengan Manajemen
Masa Bodo Materi Pemain
Cuek Aje, Cuek, Cuek,
Gue Cuek Aje
Yang Gue Cinta Cuma PERSIJA
Yang Gue Dukung Cuma PERSIJA
Yang Gue Nanti cuma PERSIJA
PERSIJA PERSIJA PERSIJA

Oleh: Viskana Iskandar

Akankah Hanya Menjadi Kenangan ?

Apa jadinya bila Persija berlaga
Kota Jakarta orens orens dan menyala
Apa jadinya bila Persija juara
The Jakmania satu hati satu cinta
Ku anak Jakarta Ku dukung Persija
Ujan panas cuekin aja
Ku anak Jakarta Ku dukung Persija
Enyak babe doa restunya

Gegap gempita,,
begitulah suasana yang kita saksikan tiap Persija Jakarta, salah satu klub besar sepak bola yang dimiliki kota Jakarta sedang berlaga. Puluhan ratusan bahkan ribuan The Jakmania (klub suporter persija) memenuhi stadion. Oranye, warna kebesaran mereka terlihat dimana-mana. Sungguh sebuah euforia, fanatisme dan kesetiaan akan sebuah Klub sepak bola. Mereka tak hanya mendukung tim kesayangan mereka selama 90 menit pertandingan.Tapi dukungan mereka terus mengalir di dunia maya, lewat berbagai forum didalam situs jejaring sosial. Bahkan sebuah jargon yang diusung salah satu komunitas the Jakmania adalah “PERSIJA SAMPAI MATI”. Ribuan suporter Persija Jakarta itu bukan hanya mengelu-elukan klub kebanggan mereka,tapi juga rela mati demi membela Persija Jakarta. MILITAN!

Namun dibalik gegap gempita kejayaan Klub sepak bola ibu kota tersebut, banyak pemandangan miris yang harus kita saksikan. Di ibu kota pesepakbola muda tak lagi punya ruang gerak yang lapang seperti para seniornya di Persija Jakarta. Mengapa?? karena tak banyak lagi lapangan bola tersisa. Stadion menteng telah di gusur, Stadion UMS pun tinggal menunggu eksekusi. Kini giliran stadion lebak bulus mendapat giliran. Lalu dimanakah tempat untuk anak-anak generasi penerus Bambang Pamungkas dkk. berlatih dan bermain bola??? apakah mereka harus mengubur mimpi mereka untuk menjadi pesepakbola profesional hanya karena tak ada tempat untuk mereka berlatih?? bayangkan, mereka sampai harus bermain bola di kuburan, saking tak ada lagi lapangan bola di ibukota ini!

Kita tak bisa selamanya mengandalkan Greg Nwokolo, kita tak bisa terus menerus mengandalkan Ismed Sofyan, Bambang Pamungkas pun tak bisa selamanya memperkuat Persija Jakarta. Harus ada regenerasi, harus ada orang yang peduli terhadap penerus-penerus Persija Jakarta yang lahir dari kota ini. Bukan ekspansi dari negeri antah berantah. Jika tak ada yang peduli. Jika tak ada yang berbuat sesuatu. Jika keadaannya terus menerus seperti ini, mungkin lagu-lagu yang The Jakmania nyanyikan hanya akan menjadi kenangan. Dan ketika kita tua nanti tak kan ada lagi ribuan suporter yang tak kenal hujan tak kenal terik matahari bergerombol membela Persija Jakarta. Kita hanya akan duduk di kursi goyang, mengenang masa-masa itu sambil bersenandung kecil :

hari ini kutinggalkan pekerjaan
siap-siap tuk nonton pertandingan
orang bilang aku ini kesurupan
demi Persija apa pun ku lakukan

Persija Jakarta ooo Persija Jakarta ooo

Oleh: Viskana Iskandar

Disini Gue Belajar

Kata orang yang namanya belajar ya di bangku sekolah atau di universitas. Pepatah Cina mengatakan “Tuntutlah ilmu sampe ke negri Cina” Gw mengartikan pepatah ini bahwa kita bisa belajar kok di mana aja, kapan aja dan dengan berbagai cara gak hanya harus duduk di bangku dalam sebuah pendidikan formil. Kenyataannya Gw bisa belajar banyak bersama teman-teman Jak Mania. Selama menjadi anggota The Jak banyak banget pelajaran yang Gw dapatkan dan itu sangat berguna banget baik langsung maupun gak langsung buat kehidupan gw.

No Money No Cry
Kalo kata Bob Marley “No woman no cry” tapi di The Jak Gw bisa belajar “No Money No Cry “. Buat sebagian orang emang duit seperti Tuhan, tapi disini Gw bisa membuktikan kalo ga ada uang gw bisa hidup kok, bisa ketawa bersama temen-temen. Contohnya ketika tour keluar kota dukung Persija, kita masih bisa ketawa bareng, nyanyi bareng walaupun duit yang kita bawa mungkin pas-pasan banget, setidaknya bisa lah buat beli sebungkus nasi pake tempe dan sayur walau Cuma 2 x sehari. Seneng rasanya bisa ngeliat temen-temen masih bisa tersenyum saat tour ke luar kota dengan duit pas-pasan dan kadang hasil pertandingan ga memuaskan.

Ikhlas
Pelajaran kedua tentang ikhlas. Menurut Gw, sabar itu gampang, tapi yang namanya ikhlas susah banget. Disini Gw belajar untuk ikhlas dalam menerima sesuatu yang gak sesuai dengan harapan kita. Contohnya ketika tahun 2005, dua kali Persija masuk Final lawan Persipura di Liga dan Arema di Copa, tetapi hasilnya emang ga sesuai dengan apa yang semua kita harapkan. Disitulah kita belajar untuk ikhlas dalam menerima kenyataan yang pahit

Setia
Jaman sekarang kesetiaan gampang banget dibeli. Cw bisa selingkuh karena punya gebetan yang lebih tajir atau ganteng, anggota DPR ga setia sama rakyatnya jadinya korupsi tapi The Jak mengajarkan Gw untuk setia. Haus trophy yang dialami Persija sejak tahun 2001 tidak membuat temen-temen The Jak berpaling ke klub lain (ya kalo ada yg berpaling berarti kesetiaannya diragukan ). Kita tetap setiap mendukung Persija dengan hasil apapun dan di mana pun selama itu mungkin. Kadang Gw melihat temen-temen ninggalin pekerjaan sampe di SP 3, ninggalin keluarga , bolos ujian hanya untuk sebuah kesetiaan. Contohnya The Jak Kemayoran yang menurut Gw selalu konsisten dari dulu untuk mendukung Persija di mana pun

We Are Different But One
Buat Gw The Jak itu nano-nano, karena mempunyai latarbelakang budaya, ekonomi dan social, suku dan ras yang berbeda-beda. Tapi di sini Gw bisa belajar untuk bisa menerima perbedaan dan belajar untuk memahami karakter seseorang dengan latar belakang yang berbeda dari Gw. Menerima perbedaan itu susah kawan, tapi Gw juga bingung kenapa dengan mudahnya kita bisa menerima semua perbedaan ini ketiak kita mendukung Persija. Ga peduli dia kaya atau miskin, punya pekerjaan atau ga, orang baik atau ga, Betawi atau pendatang, semuanya sama menamakan dirinya “ We Are Jak Mania”.
Namun untuk pelajaran yang satu ini menurut Gw sekarang kita sedang mengalami “DEGRADASI” karena terkadang temen-temen lupa, sehingga terlalu membanggakan kelompoknya sendiri jadinya kadang-kadang jeruk makan jeruk.
Padahal kalo temen-temen bisa memahami tulisan baju di kaos anggota The Jak Mania “ Satu Jakarta Satu” itu artinya kita itu satu yaitu JAKMANIA.
Seandainya semua temen-temen bisa berpikir seperti analogi berikut ini pasti indah. Si Otong dari Korwil Jeruk Nipis (kecil tapi kecutnya mantab), Si Mamat dari Korwil Jeruk limau, Si Udin dari Korwil Jeruk Sunkis, Si Munaroh dari Korwil Jeruk Pomtianak. Jeruk-jeruk itu kalo di satuin dalam blender pasti enak banget dan bermanfaat buat kesehatan dan gak ada lagi yang namanya Jeruk Makan Jeruk, yang ada jus Jeruk yang enak dan bermanfaat. Berbeda itu harus, tapi wajib tetap menghargai

Leader for Yourself
Menjadi pemimpin itu gak harus mempunyai bawahan. Menjadi pemimpin itu diawali gimana cara kita memimpin diri kita. Di sini Gw belajar untuk menjadi pemimpin bagi diri Gw. Dalam situasi tertentu kita harus bisa mempimpiin diri pikiran dan tindakan kita. Contohnya ketika Gw harus mengontrol pengeluaran keuangan, gimana caranya dengan bisa mengesampingkan ego untuk beli ini itu biar uangnya bisa beli tiket buat nonton Persija. Lalu ketika ada seseorang digebukin karena “katanya” si tetangga sebelah padahal belum tentu bener yang digebukin tetangga sebelah.
Ketika kita menunjuk orang lain dengan sebuah jari telunjuk kea rah mukanya, seharusnya kita harus ingat bahwa ada 3 jari lagi (kelingking, jaris manis, dan jari tengah) yang menunjuk ke arah kita. Artinya lihat lah dirimu sebelum menunjuk orang lain . Dengan kata lain jadilah pemimpin bagi dirimu sebelum menjadi pemimpin untuk orang lain

Speak !!!!
Pernah ga sih ngeliat orang pinter atau serem banget tapi ngomong di depan orang banyak aja ga berani atau ngomong Tapi gemetaran ? Di sini Gw belajar untuk menjadi seseorang yang berani ngomong di depan orang banyak. Arti berani menurut Gw bukan hanya rebut paling depan atau berani menantang lawan. Tapi salah satu arti berani yaitu “ Bicara di depan orang banyak untuk kebaikan bersama”.
Gw seneng ngeliat temen-temen berani untuk ngomong di depan orang banyak, misalnya pada saat kumpul dan rapat sub korwil. Karena Gw yakin temen-temen semua bisa jadi orang besar ketika temen-temen berani ngomong di depan orang banyak. Hal ini lah yang Gw lakuin ketika ada kumpul The Jak Barrabravas Manggarai, semua sub korwil atau perwakilan anggota harus berani dan belajar ngomong di depan orang banyak. Contohnya Ewin Gondrong, pada saat awal-awal datang rapat kalo ngomong gemetaran dan gak berani natap mata tapi sekarang udah beda, dia berani ngonmong di depan orang banyak ‘khususnya di depan cw”

Tanggung Jawab
Punya jabatan dalam suatu organisasi bukan sebuah keberhasilan mutlak . Keberhasilan itu diraih kalo kita bisa melakukan tanggung jawab kita baik sebagai seorang anggota maupun pengurus. Disini Gw bisa belajar menjadi seorang yang bertanggung jawab dan Gw rasa teman-teman juga merasakan hal itu.. Misalnya gimana cara kita bertanggung jawab dalam mengelola uang kas, mengelola uang tiket, uang bis yang jumlahnya gak sedikit.
Seorang manajer di sebuah perusahaan mungkin hanya mempunyai karyawan sebanyak 50 orang. Tapi seorang korwil bisa mempunyai anggota lebih dari itu bahkan ratusan. Makanya kita harus seneng dan bangga ketika bisa belajar bertanggung jawab dalam mendukung Persija. Bukannya malah ngeluh “ ah repot ngapain sih ada laporan keuangan tiap nonton Persija, kita kan supporter bukan panpel”

Tulisan Gw di atas bukannya sesi curhat, tapi sebagai bentuk motivasi buat temen-temen bahwa sebenarnya kita mendukung Persija sambil Belajar. Bukan berarti belajar di pendidikan formil itu gak perlu, itu tetap perlu. Kita harus buktiiin bahwa mendukung Persija bersama The Jak Mania itu bukan hanya ribut atau ngejarah (seperti yang diberitakan di berbagai media), tetapi juga banyak sisi positifnya salah satunya yaitu BELAJAR.

Adji - Barrabravas Manggarai
Powered by Blogger