Kamis, 26 Januari 2012

#SavePersija!

Cerita ini bermula ketika kejujuran dikalahkan kekuasaan. Ketika kebenaran tertimbun materi. Dan ketika sepakbola dijadikan bisnis oleh para petingginya.
Persija Jakarta. Siapa yang tak kenal tim kebanggan Ibukota yang satu ini. Tim yang telah memiliki sejarah sejak tahun 1928. Tim berjuluk Macan Kemayoran, kebanggaan sekelompok manusia yang menamakan diri mereka The Jakmania. Saat ini, tim itu sedang tertimpa masalah. Masalah yang entah kapan terungkap kebenarannya.


Hadi Basalamah. Seorang Bapak yang telah ‘berhasil’ mengusik Macan kami. Yang telah mengganggu, dan kini ia merebut paksa Macan itu dari kami. Dualisme Persija. Masalah yang datang seiring dengan pergantian kepengurusan PSSI yang baru, musim kompetisi 2012 ini. Ya, musim ini ada 2 PT yang mendaftar sebagai administrator Persija. PT. Persija Jaya Jakarta yang dipimpin Ferry Paulus dan PT. Persija Jaya yang dipimpin Hadi Basalamah.
Kita semua tentu tahu, mana pihak yang benar. Pihak yang professional dan tentunya pihak yang resmi. Seperti yang kita ketahui bersama, Ferry Paulus adalah Ketua Umum Persija musim kompetisi 2011-2015. Dan itu berarti, Ferry Paulus lah yang berhak atas Persija musim ini. Tetapi, apa nyatanya? PSSI yang menentukan hasil verifikasi Persija seakan dibutakan oleh hal-hal yang berbau kekuasaan, materi, dan tak jauh dari bisnis. Seperti yang sudah saya katakan  di awal paragraph tadi.

PSSI telah mengeluarkan keputusan ‘sepihak’ yang menentukan bahwa PT. Persija Jaya pimpinan Hadi Basalamah lah yang memenangkan verikasi. Merekalah yang akan memimpin Persija musim ini. Keputusan ini bagai petir di siang bolong. Berbagai pertanyaan pun timbul. Amarah dan emosi mulai tersimpan dalam dada. Dari segimanakah PSSI menilai? Dari segimanakah ‘kemenangan’ mereka? Sesungguhnya, hanya mereka yang tahu jawabannya.

Saya masih tak habis pikir, PT. Persija Jaya yang sampai detik saat saya menulis artikel ini, belum jelas siapa pemain-pemainnya, belum jelas siapa pelatih dan pengurusnya. Belum dan tidak dikenal masyarakat Jakarta. Tetapi, mengapa mereka yang lolos? (maksud saya, diloloskan).  Padahal Persija yang selama ini kita kenal adalah Persija yang telah memiliki sejarah dari dulu. Persija yang pernah menjadi juara Liga tahun 2001. Persija yang didukung oleh supporter militannya, The Jakmania. Persija yang didalamnya ada Bambang Pamungkas sebagai kapten kesebelasan. Persija yang sah, tanpa ada kebohongan dan rekayasa. Bukan Persija yang pemain-pemainnya diambil dari Liga 1 musim yang lalu. Liga baru, yang tak memiliki sejarah.

Yang ingin saya ungkap disini adalah, dimanakah hati nurani para petinggi-petinggi itu? Apakah sebenarnya mereka sadar yang mereka lakukan telah merugikan banyak pihak? Membuat gundah, marah, dan gelisah. Kami, disini, tak akan pernah tinggal diam. Tak akan pernah membiarkan Macan kami direbut begitu saja oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Pihak yang hanya mementingkan diri sendiri. Pihak, yang kami tau, tak sama sekali mencintai Persija kami. Hanya berkelakuan seolah-olah ia begitu mencintai kesebelasan ini, padahal tersimpan maksud dibalik semua itu. Suatu kebohongan belaka.

Jika PSSI tak bisa lagi merubah keputusan itu, jangan salahkan kami yang akan mulai bertindak sedikit keras. Dan jangan juga salahkan kami, jika kami akan mendukung Persija dengan cara kami sendiri. Mungkin musim ini, tak ada lagi nyanyian-nyanyian The Jakmania, tak ada lagi keceriaan di sudut-sudut Gelora Bung Karno, tak ada lagi semangat-semangat yang membara mendukung Tim kebanggaan kami berlaga, tak ada lagi canda tawa yang tercipta. Karena sesungguhnya, penunggu-penunggu Tribun yang begitu mencintai Persija itu sedang dilanda kegundahan. Kami, tak akan mungkin mendukung Persija yang lain. Yang tak ada Ismed Sofyan dan Bambang Pamungkas. Jadi, biarkan kami mendukung Persija dengan cara kami sendiri, jika kalian para petinggi yang terhormat, masih tetap yakin dengan keputusan yang menurut kalian benar, entah dinilai dari segi mananya.

Bukankah kalian yang akan merugi? Jika pertandingan yang akan Persija lewati di Gelora Bung Karno nanti, tak akan ditonton warga Jakarta yang katanya memiliki Persija? Bukankah kalian yang akan malu? Jika tim kalian terseok-seok mengarungi Liga musim ini, dengan pemain-pemain dadakan, yang diambil dari kompetisi seumur jagung, yang bahkan tak ada pemenangnya.

Sudah seburuk inikah sepak bola yang ada di Indonesia? Sudah separah inikah para pengurus-pengurus sepak bola negeri ini? Tidak kah lagi mereka memiliki perasaan? Sampai kebenaran pun rasanya susah sekali terungkap. Hanya karena materi. Hanya karena kekuasaan yang lebih tinggi. Apakah tak ada lagi yang bisa menjunjung tinggi kejujuran dan professionalisme? Sungguh, miris sekali bangsa ini, memiliki para pemimpin seperti mereka.

Jika ini yang mereka mau, mari kawan, kita rapatkan barisan. Untuk membantu temukan kebenaran. Dan jangan biarkan kebohongan ini terus berjalan. Sesungguhnya, Persija butuh kepastian. Dan tak akan kami biarkan Macan kami terlantar. Tak akan kami tinggal diam dan pasrah menunggu keputusan. Semua tahu, keadilan harus ditegakkan. Dan kami yakin, cepat atau lambat, kebenaran akan terungkap. Yang benar akan keluar sebagai pemenang.

Saya, hanya seorang siswi dari salah satu SMP Negeri di Jakarta, yang ingin menyampaikan segalanya yang ada dalam benak saya melalui artikel ini. Maaf, jika mungkin ada kata-kata saya ada yang salah dan kurang berkenan. Tetapi semua yang saya tulis ini dari hati terdalam, demi kemajuan sepak bola Indonesia dan demi menyelamatkan Sang Macan dari mereka yang telah kehilangan hati nuraninya.

Keep the spirit up! And you never walk alone, Persija Jakarta. J

Rapatkan barisan dan teriakkan dengan lantang, #SavePersija! (Annisa Sri Aulia Mutiara)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Powered by Blogger