Jumat, 17 Juni 2011

Supporter Sepakbola ; Dalam Belek, Sampai Kunci Master Ruangan Bapak Gubernur

Apa kabar, Kawan? Kabar yang sepertinya tak patut lagi kita pertanyakan. Karena sepertinya kabar hari ini adalah pengulangan kabar – kabar satu windu lalu. Ya..masih dengan harapan dan upaya, agar semuanya membaik dan sesuai rencana bukan?? (Hehheheh..kata – kata pembukanya terdengar sangat pragmatis ya? Seperti selembaran era gelap suatu system)
Langsung aja ya..karena saye yakin, kawan – kawan tidak punya banyak waktu membaca hal yang (menurut saye) tidak penting ini. Tahan sedikit kursor diujung telunjukmu, baca dahulu lebih dalam sebelum kau mengarah ke tanda silang (x) dipojok kanan atas itu.
Isi tulisan ini adalah pandangan pribadi saye aja, tidak mewakili suatu bentuk apapun. Dan jika ada orang yang merasa “tersentil” berarti anda baru saja masuk ke gerbang permainan diskusi “smoking area”.
Dalam judul diatas, mungkin menggambarkan supporter secara keseluruhan, dan bukan hanya di Jakarta saja. (tapi ga sampe lintas benua koq. He8x). Kenapa harus supporter? Kenapa hanya di Indonesia? Jawabannya adalah : Karena ini forum supporter yang pake bahasa Indonesia.

Supporter dalam belek, disini adalah secara bahasa belek = kotoran mata. Jadi secara kiasan adalah fase dimana supporter yang sangat merusak mata. Mata siapa? Mungkin juga di mata supporter itu sendiri. Ketika ribuan masa mengenakan atribut kebesaran tim yang mereka bela. Menyanyikan lagu berirama kemenangan. Menabuh genderang perang di lapangan. Hingga semuanya terlihat lepas kendali dan tidak bertanggung jawab. Semuanya terlihat menyebalkan. Bahkan bagi sebagian supporter itu sendiri. Apalagi orang yang sudah alergi mendengar kata “supporter”. Apakah kita pantas disebut belek?

Masuk satu tinggat lagi, dalam fase supporter. Ketika media – media sibuk membeberkan tingkah “tengil” kita. Tapi disisi lain, mereka sangat mengejar – ngejar kita untuk menaikkan rating acara, promosi program baru, atau apapun namanya. Yang penting ketika mereka datang membawa tawaran itu, kita hanya menerimanya sebagai “kesempatan untuk lebih dikenal”. Tapi hanya sedikit dari kita, yang memberikan tawaran untuk mengendalikan isi acara tersebut secara nilai – nilai “kesupporteran”. Maksud saye, bukanlah hal yang dipandang secara materil. Walau memang ketika tawaran itu datang dari mereka, mereka juga menawarkan materil yang secara kolektif lumayan besar (tapi mereka juga minta, yang dateng juga banyak..yah, impas dah. He8x)
.
Untuk dua fase diatas, dalam waktu beberapa minggu kebelakang memang tak terdengar di Ibukota. Ya, terkesan Ibukota tampak nyaman tanpa adanya pertandingan. (Gimane mao kedengeran, maennye aje berkilo – kilo meter jauhnya dari Jakarta. He8x)
Fase tertinggi adalah fase Master Key atau Kunci Master dalam ruangan Gubernur. Loh, apa korelasinya? Dimane nyambungnye? Sepertinya kawan – kawan sudah tak perlu lagi melontarkan pertanyaan – pertanyaan diatas. Ingat beberapa tahun lalu. Ketika kita sangat mengelu – elukan (bukan menggue – guekan) calon – calon pemimpin tertinggi di Ibukota. Mereka yang dengan fasih berbahasa Jakmania, mereka yang telah terlihat nyaman dengan kaos oranyenya.. loh kenapa mereka? Kan orangnya satu. Mereka adalah kata ganti untuk orang besar, atau orang yang sewajarnya besar.

Hingga pada malam sabtu kemarin, akhirnya saye dan salah seorang saudara membahas satu akun twitter yang sangat hyperaktif membalas mention – mention yang masuk ke akunnya. Memang awalnya terlihat ramah, apalagi pribadinya (secara pribadi juga) saye anggap baik, dan patut dicontoh. Tapi hasil pembahasan jam dua malam itu, mecerahkan isi kepala kita, bahwasanya harus lebih hati – hati dalam menyikapi isu – isu dalam akun tersebut. Dan (mungkin) beliau memerlukan jasa “Persija Lovers” sebagai jalan mulus tanpa hambatan menuju gerbang gedung Balai Kota.

Sepertinya memang tulisan ini harus berhenti. Tapi pemikiran dan sikap kita harus lebih deras dari niatan mereka. Menjelang saye mengklik tanda silang diatas (x). Apabila tulisan ini dianggap pantas masuk kedalam suatu halaman digital. Maka biarlah ini menjadi salah satu jembatan diakhir.org. dan diawal .asia.
Jadi berape, Mpok? Nasi ulam sama bakwannye dua? (if then else.end)- Saif-JO

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Powered by Blogger