Ungkapan pertama orang-orang yang Saya temui adalah “Mbak ini pasti Orang Jawa ya?”. Saya akui, meskipun sudah hampir 3 tahun hidup di Kota Oren, aksen Jawa masih sangat kental di lidah Saya. Biasanya itu disebut medhok atau ngapak. Saya lahir dan besar di salah satu Desa kecil di Kota Cilacap bagian Barat (Jawa Tengah), kota yang juga penyebab lidah Saya fasih sekali mengucapkan enyong (Saya) dan dhalem (Ya) itu. Kota yang juga mempunyai team Sepakbola yaitu PSCS (Divisi Utama), sebuah team Sepakbola pesisir Selatan Pulau Jawa yang didirikan jauh sebelum Saya lahir (tahun 1970) dengan supporter fanatiknya Laskar Nusakambangan (LANUS). Cilacap juga Kota dimana Saya dulu mempunyai sebuah mimpi, rasanya ingin sekali melihat pertandingan Persija langsung di Stadion. Sebuah team Sepakbola Jakarta yang amat Saya kagumi saat itu (tentu saja sampai sekarang). Alhamdulilah mimpi itu terwujud meskipun terlambat.
Akhir tahun 2009, tahun dimana pertama kali Saya bersama kedua teman Saya menonton pertandingan Persija live di Stadion Gelora Bung Karno, saat itu pertandingan Persija vs Pelita Jaya (20 Des 09) dengan skor akhir seri 1 – 1, meskipun kecewa Macan Kemayoran gagal raih point 3 tetapi Saya bahagia karena terkabulnya mimpi Saya itu ditambah lagi bisa melihat Bambang Pamungkas mencetak gol. Kebahagiaan yang berlipat ganda, bahkan setahun setelahnya Saya bisa bergabung dengan komunitas pecinta Persija dari kalangan pekerja dan profesional yaitu JaKantor Community. Dengan bergabungnya ke dalam komunitas tersebut, Saya banyak belajar menjadi Supporter yang dewasa dan tertib. Meskipun Saya mencintai Cilacap dengan pantai dan keindahan alamnya namun untuk sebuah kecintaan team Sepakbola Saya sudah terlanjur jatuh hati dengan Persija.
Entah apa yang membuat Saya tertarik dengan Persija, Saya bukan asli Jakarta dan tidak hafal history dibalik terbentuknya Persija, dulu mungkin karena Saya suka sekali melihat Bambang Pamungkas bermain bola dan terpesona oleh permainannya yang cantik. Namun jika harus menjelaskan secara detail, maaf kecintaan Saya terhadap Persija memang tidak cukup hanya diungkapkan dengan kata-kata. Entah sampai kapan ‘Darah Oren’ ini akan terus mengalir dalam tubuh Saya, dalam tubuh Perempuan Jawa. Mungkin seperti yang orang-orang (Jakmania) bilang kebanyakan, mencintai Persija Sampai Mati.
Minggu, 12 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar